WIKA Ngaku Merugi karena Kereta Cepat Whoosh, Begini Respons KCIC

0
44
Reporter: Rommy Yudhistira

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyebut pembangunan kereta cepat Whoosh sudah mempertimbangkan berbagai hal. Juga sudah berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat.

Penjelasan tersebut, kata General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa, sebagai respons atas pernyataan PT Wijaya Karya (Persero) atau WIKA yamg merugi akibat proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh). Pembangunan kereta cepat tentunya ditujukan untuk kemajuan transportasi di Indonesia agar dapat meningkatkan konektivitas dan perekonomian antara Jakarta-Bandung melalui transportasi massal ramah lingkungan yang modern.

Eva memastikan bahwa, seluruh prosedur keuangan di KCIC menerapkan prinsip good corporate governance (GCG), termasuk yang berkaitan dengan penagihan pembayaran di perusahaan.

“Adapun terkait klaim sebesar Rp 5 triliun yang disampaikan pada sejumlah pemberitaan, dapat kami sampaikan bahwa dalam prosesnya semua yang berkaitan dengan penagihan di KCIC harus melalui prosedur administrasi agar semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik termasuk dari sisi keuangan sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik,” kata Eva dalam keterangan resminya, Rabu (17/7).

Baca Juga :   MIND ID: Dari Rugi Menjadi Laba Bersih di Semester I-2021

Untuk saat ini, kata Eva, operasional Whoosh terus mengalami peningkatan dari sebelumnya 14 perjalanan reguler per hari pada Oktober 2023, menjadi 48 perjalanan reguler per hari pada Mei 2024. KCIC menargetkan jumlah perjalanan kereta meningkat hingga 62 perjalanan per hari pada 2025.

“Rata-rata volume penumpang Whoosh per hari juga mengalami peningkatan secara bertahap dengan rekor penumpang tertinggi saat ini sudah mencapai 24 ribu per hari,” ujar Eva.

Sebelumnya, WIKA mencatatkan kerugian akibat proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) pada 2023. Dari hal itu, ada 2 faktor yang menyebabkan kerugian WIKA.

Pertama, kata Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito, pihaknya harus meminjam melalui penerbitan surat utang (obligasi) untuk menutup kerugian akibat proyek kereta cepat. Kedua, WIKA mulai mencatat adanya beban kerugian akibat PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) selaku konsorsium BUMN yang memiliki PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sejak 2022.

Saham PSBI di KCIC, kata Agung, mencapai 60% dan sisanya 40% milik Beijing Yawan HSR Co. Ltd, konsorsium perkeretaapian Tiongkok. Dari angka 60%, WIKA memiliki saham sebesar 38%.

Baca Juga :   BUMN Siapkan Dukungan untuk Gelaran F1 Powerboat di Danau Toba

“Jadi kita itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian kereta cepat Jakarta-Bandung. Yang memang dari penyertaan saja kita sudah Rp 6,1 triliun. Kemudian yang masih dispute atau kita belum dibayar sekitar Rp 5,5 triliun. Jadi, hampir Rp 12 triliun,” kata Agung di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada 8 Juli lalu.

Leave a reply

Iconomics