DBS Indonesia: Kenaikan Harga Komoditas Jadi Tantangan Baru Ekonomi Indonesia

0
768

Bank DBS Indonesia memandang pemulihan ekonomi Indonesia makin terasa kendali pandemi Covid-19 belum usai. Kondisi perekonomian Indonesia pada kuartal keempat 2021 mencatatkan sejumlah kemajuan yang memicu optimisme terhadap pemulihan ekonomi 2022. Namun di tengah optimisme ini, kenaikan harga komoditas akibat konflik antara Rusia dan China menjadi tantangan baru.

Seperti diketahui, pada kuartal keempat 2021 lalu, ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 5% dan secara setahun penuh tumbuh 3,7%.

Paulus Sutisna, Direktur Utama PT Bank DBS Indonesia mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal keempat 2021 ditopang oleh seluruh komponen perekonomian dimana konsumsi dan perdagagan menjadi dua faktor penting dalam mendorong pertumbuhan tersebut.

Indikator peningkatan konsumsi juga terdapat pada sektor ritel, pertumbuhan kredit, bahan baku dan impor. Dengan demikian pemulihan ekonomi secara riil telah berjalan dengan aktivitas domestik dan berangsur-angsur mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Paulus mengatakan tahun 2022 merupakan momentum pemulihan ekonomi. Oleh karena itu mitigasi pandemi masih diperlukan untuk menjaga prospek pemulihan tersebut.

Baca Juga :   Bank DBS Indonesia Salurkan Pinjaman Sebesar Rp2 Triliun Kepada Bukalapak

“Adanya situasi geopolitik yang memanas karena konflik Ukraina dan Rusia, dimana berdampak pada kenaikan harga komoditas akan menjadi tantangan baru. Dalam jangka pendek, Indonesia akan diuntungkan dengan harga komoditas. Namun, untuk jangka menengah dan panjang, apabila konflik ini memburuk akan memunculkan ancaman resesi global dan inflasi,” ujar Paulus dalam sambutannya pada acara DBS Asian Insights Conference 2022, Senin (21/3).

Terkait inflasi, Paulus mengatakan DBS Indonesia memperkirakan inflasi Indonesia mengalami kenaikan 3% pada tahun ini. Inflasi tersebut dipengaruhi oleh penyesuaian harga, intervensi pemerintah untuk menekan harga komoditas dan kondisi eksternal seperti situasi konflik Rusia-Ukraina yang mengakibatkan The Fed memperketat kebijakannya tahun ini. Kondisi ini akan turut mempengaruhi pasar regional dan domestik. Selain itu pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat juga dapat mempengaruhi inflasi di kawasn Asia termasuk Indonesia. “Sejumlah faktor ini akan bepengaruh pada kenaikan harga migas di tanah air,” ujar Paulus.

Selain tantangan kenaikan harga komoditas, tantangan lain ekonomi Indonesia pada tahun ini berasal dari kondisi politik. Paulus mengatakan situasi politik di dalam negeri mulai menghangat menyambut pesta demokrasi 2024.

Baca Juga :   Bank DBS Bersama CARInih dan Smesco Mendorong UMKM Naik Kelas

“Tiga bulan lagi, tepatnya bulan Juli, KPU dijadwalkan memulai persiapan pemilu dan di bulan Agustus verifikasi partai politik akan dimulai. Tentu saja, kita berharap semua berjalan dengan lancar sesuai dengan konstitusi yang berlaku sehingga kestabilan ekonomi dan politik akan tetap terjaga,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics