Kemenko Marves Nilai Peluang Investasi Nikel untuk Baterai Capai US$ 25 Miliar

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto (tengah)/Iconomics
Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Investasi dan Maritim (Marves) menilai industri nikel untuk baterai memiliki potensi besar. Apalagi program hilirisasi dari hulu hingga hilir memicu beberapa potensi yang dapat dimaksimalkan untuk pendapatan negara ke depan.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan, pihaknya melihat adanya peluang investasi yang terbuka senilai US$ 20 miliar hingga US$ 25 miliar dalam industri nikel untuk baterai. Karena itu, pemerintahan periode 2024-2029 masih tetap fokus untuk memaksimalkan hilirisasi nikel di Indonesia, khususnya untuk baterai.
“Kita melihat mungkin masih ada sekitar estimasi kami sekitar US$ 20-25 miliar lagi investasi yang bisa masuk untuk sektor baterai ini dalam 5 tahun ke depan. Itu masih ada, dan ini sebenarnya peluang kita,” kata Septian dalam acara Katadata Forum bertajuk Indonesia Future Policy Dialogue di Le Meridien, Jakarta, Rabu (9/10).
Selanjutnya, kata Septian, peluang investasi yang masuk untuk sektor nikel terutama stainless steel sudah tidak bisa lagi dimaksimalkan. Apabila masih tetap dipaksakan, investasi yang masuk justru akan merusak kondisi pasar nikel di tingkat global.
“Jadi kita tidak akan melihat investasi yang masuk di sektor nikel ini terutama stainless steel seperti yang kita lihat dalam 5 tahun terakhir. Karena ini sudah agak peak, sudah agak mature,” ujar Septian.
Untuk saat ini, kata Septian, Indonesia telah menguasai 60% pasokan nikel di dunia. Angka tersebut diperkirakan dapat meningkat hingga mencapai 75% dalam 2 tahun ke depan. Besarnya pasar yang dikuasai Indonesia, justru menimbulkan masalah baru yang harus dapat dicermati sedini mungkin.
“Sebenarnya ini ada potential risk karena dunia tidak suka kalau ada suatu hal yang terlalu terkonsentrasi di satu pihak. Jadi faktor geopolitiknya ini juga berperan,” tambah Septian.
Karena itu, kata Septian, pemerintah akan mengambil langkah bijak dalam mendorong hilirisasi nikel. Untuk saat ini, hilirisasi nikel sudah memasuki tahap 1 dan tahap 2. Dalam tahap 1, Indonesia sudah mampu mengubah nikel ore menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP) dan nickel hydroxide (NiOH) melalui proses high pressure acid leaching (HPAL) atau hidrometalurgi.
Pada tahap 2, lanjut Septian, industri nikel dalam negeri sudah dapat memanfaatkan nikel untuk produk stainless steel, seperti nikel pig iron (NPI) dan feronikel. Sedangkan untuk baterai, industri dalam negeri sudah mampu memproduksi prekursor.
“Dengan market power yang sangat besar kita harus bisa wise dalam mendorong hilirisasi nikel ini,” katanya.
Leave a reply

