Tren Pemberitaan Positif Mengenai OJK Meningkat Pada Tahun 2021 Lalu

0
437

Tren pemberitaan positif mengenai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2021 lalu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari kolaborasi yang terjalin baik antara media dan OJK.

Anto Prabowo, Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK mengungkapkan total pemberitaan terkait OJK pada tahun 2021 lalu sebanyak 65.864 artikel, meningkat 13,03% dibandingkan tahun 2020.

Pemberitaan dengan sentimen positif berjumlah 56.719 artikel naik 29,64% dibanding tahun 2020. Sementara berita dengan tone netral berjumlah 7.358 artikel, menurun 34,69% dibanding tahun 2020. Demikian juga berita dengan sentimen negatif mengenai OJK menurun 20,96% menjadi 1.787 berita.

Meski pemberitaan negatif menurun, menurut Anto ini tetap menjadi perhatian divisi kehumasan OJK untuk disampaikan kepada manajemen, dewan komisoner dan unit kerja terkait.

“Ini tentu menjadi masukan buat manajemen, buat dewan komisioner, satuan kerja di lingkungan OJK untuk alert. Bagaimana persepsi pembertaan di IKNB dengan masalah unitlink? Di pasar modal dengan banyaknya investasi bodong, ada emiten gulung tikar, kemudian ada beberapa kasus juga di pinjol ilegal. Ini menjadi salah satu peran dari kehumasan untuk memberikan masukan kepada manajemen apa yang sekarang sedang berjalan, apa yang sedang menjadi pemberitaan, apa yang kemudian akan berdampak kepada citra atau persepsi terhadap OJK,” ujar Anto dalam webinar ‘Synergy of Financial Industry with the Media’ yang digelar Theiconomics, Kamis kemarin.

Baca Juga :   Dukung Pembiayaan Kaum Milenial, OJK akan Luncurkan Securitiy Crowdfunding Awal Tahun 2021

Topik yang menjadi perhatian media dalam pemberitaan terkait OJK pada tahun 2021 lalu sebagian besar terkait Satgas Waspada Investasi (SWI) yang melakukan penutupan terhadap sejumlah investasi bodong dan pinjaman online ilegal. Topik lainnya yang juga menjadi sorotan media adalah terkait perpanjangan restrukturisasi kredit hingga Maret 2023 dan percepatan vaksinasi bagi industri jasa keuangan.

Tingginya pemberitaan terkait kegiatan Satagas Waspada Investasi (SWI) menggambarkan juga tantangan yang dihadapi oleh sektor jasa keuangan di Indonesia saat ini. Dari tiga kali survei megenai indeks inklusi dan literasi keuangan yang dilakukan OJK (tahun 2013,2016 dan 2019), memang ada peningkatan dari sisi inklusi dan tingkat literasi keuangan. Tetapi, masih ada kesenjangan atau gap antara keduanya dimana inklusi sudah tinggi tetapi tingkat literasi masih rendah. Seperti pada survei tahun 2019, tingkat inklusi sudah mencapai 76% tetapi tingkat literasi masih 38%.

Gap inilah yang kemudian memberikan gambaran bahwa masih rentannya masyarkat kita, bahwa mereka memiliki produk keuangan tetapi sebenarnya pengetahuan terhadap produk keuangan itu rendah,” ujarnya.

Baca Juga :   Pinjaman Daring yang Paling Banyak Terindikasi Melakukan Penagihan Ugal-ugalan

Dalam kondisi rendahnya literasi itu, teknologi terus berkembang yang kemudian di sektor keuangan melahirkan keuangan digital. Tidak hanya berkembang pesatnya pinjaman online, sistem pembayaran pun makin cashless. Sementara di sisi lain, tingkat literasi digital masyarakat Indonesia masih di level sedang dengan indeks 3,47.

“Tetapi sub indeks dari informasi dan literasi data itu memiliki skor yang rendah 3,17. Ini yang perlu disikapi oleh tentunya praktisi kehumasan untuk menghadapi era ini, bagaimana menyampaikan pesan, bagaiamana menyapaikan informasi, terutama kalau dari kami di OJK ini bagaimana mengedukasi masyarakat kita. Karena dengan adanya gap antara inklusi dan literasi keuangan, risikonya lebih besar, sehingga percepatan edukasi menjadi suatu bagian penting. Sementara di tengah edukasi yang masih harus ditingkatkan, pengetahuan terhadap digital yang menjadi suatu pendorong dalam kondisi ekonomi baru ini juga menjadi sesuatu yang tentunya kita lakukan,”ujar Anto.

Leave a reply

Iconomics