Arus Kas Tersendat Karena Pandemi, Garuda Indonesia Peroleh Pinjaman Jangka Pendek Rp2 Triliun dari BRI

0
636
Reporter: Petrus Dabu

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memperoleh sejumlah fasilitas kredit dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Untuk fasilitas pinjaman jangka pendek, nilainya US$ 50 juta atau Rp 2 triliun.

Kedua perusahaan milik negara ini sudah melakukan perjanjian pinjaman pada 30 April lalu.

Selain fasilitas pinjaman jangka pendek tersebut, Garuda Indonesia juga menerima fasilitas Bank Garansi (BG)/Stand by Letter of Credit (SBLC) senilai US$ 200 juta.

Untuk pinjaman jangka pendek US$ 50 juta, jangka waktunya 30 April 2020 hingga 21 Desember 2020. Ada pun suku bunga atas pinjaman jangka pendek ini adalah LIBOR 1M+2,5% p.a.

Ada pun fasilitas kedua adalah Penangguhan Jaminan Impor (PJI)/Ketentuan Kredit Modal Kerja Impor (KMKI)/Fasilitas Jangka Pendek-2 (FPJP-2), yang juga jangka waktunya hingga 21 Desember 2020.

Fasilitas PJI/KMKI memiliki limit Rp 2 triliun artinya tidak boleh melampaui plafond sebesar Rp 2 triliun. Fasilitas ini dapat digunakan juga oleh anak usaha Garuda Indonesia yaitu PT Citilink Indonesia (Citilink) maksimal sebesar Rp 1 triliun.

Ada pun suku bunga untuk fasilitas ini adalah KMKI  sebesar 10,75% p.a; PJI sebesar 8,25% p.a (Garuda) dan 8,5% p.a (Citilink). Sedangkan fasilitas FPJP-2 memiliki suku bunga 9% p.a.

Baca Juga :   Garuda Indonesia Selesaikan Proses Pencairan Dana Hasil Penerbitkan OWK Rp1 Triliun

Untuk fasilitas Bank Garansi (BG) atau Stand by Letter of Credit (SBLC) memiliki limit  US$ 200 juta. Ada pun tingkat provisi untuk fasilitas ini adalah 1% dari SBLC yang diterbitkan dan 0,25% dari BG yang diterbitkan atau minimal sebesar Rp 500.000.

Fuaz Rizal, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia mengatakan  transaksi pinjaman dengan BRI ini dilakukan  karena terdapat kebutuhan modal kerja, baik Garuda Indonesia maupun Citilink, untuk menjaga kelancaran penyediaan jasa dan operasional penerbangan di tengah bencana pandemi Covid-19. Pandemi ini, disebutkan berpengaruh pada penutupan rute-rute dan penurunan permintaan pasar atas jasa penerbangan.

“Transaksi ini ditujukan untuk modal kerja perseroan termasuk namun tidak terbatas pada pembelian bahan bakar, sewa pesawat, dan kegiatan lainnya yang merupakan penunjang kegiatan usaha utama perseroan,…,” tulis Fuad Rizal dalam pengumuman di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (5/5).

Leave a reply

Iconomics