Setelah Naikan BI Rate, Bank Indonesia Optimistis Rupiah akan Terus Menguat

0
58

Nilai tukar rupiah mengalami penguatan dalam beberapa hari terakhir, meskipun masih berada di level 16.000 per dolar Amerika Serikat. Pejabat Bank Indonesia mengatakan otot rupiah akan terus menguat hingga akhir tahun.

“Bank Indonesia meyakini nilai tukar rupiah ke depan akan menguat ke Rp16.000 dan kemudian ke Rp15.800,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi pers bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan [KSSK], Jumat (3/5).

Kurs tengah Bank Indonesia pada 3 Mei 2024 berada di level Rp16.094, menguat dari Rp16.202 pada 2 Mei dan Rp16.276 pada 30 April.

Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp16.000 sejak 16 April, yang terjadi karena tingkat inflasi di Amerika Serikat yang lebih tinggi dari ekspektasi dan diperparah oleh ketegangan geopolitik Timur Tengah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar berada di titik terendah pada 19 April yaitu berada di level Rp16.280.

Perry mengatakan, ada 4 faktor yang mendorong rupiah melanjutkan tren penguatan ke depan.

Pertama, kembali masuknya investasi portofolio, tidak hanya di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), tetapi juga di Surat Berharga Negara (SBN).

Baca Juga :   Bank Indonesia Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan Ditengah Perkiraan Kenaikan Fed Fund Rate

“Dengan kenaikan suku bunga BI Rate maupun juga SRBI, daya tarik imbal hasil investasi portofolio di Indonesia kembali menarik,” ujar Perry.

Pada Rapat Dewan Gubernur [RDG] April 2024, Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7%.

Kedua, menariknya imbal hasil investasi di Indonesia karena kenaikan BI Rate, jelas Perry, membuat dana asing masuk kembali [inflow] ke pasar keuangan Indonesia.

Pada minggu ke-4 April, ungkap Perry, dana asing yang masuk ke Indonesia di SRBI mencapai Rp4,5 triliun. Kemudian pada minggu pertama Mei yaitu pada 1-2 Mei, dana asing yang masuk mencapai Rp1,58 triliun di SRBI.

“Bahkan SBN yang semula outflow itu sudah inflow pada minggu pertama bulan Mei ini. Totalnya adalah Rp3,75 triliun,” ungkap Perry.

Faktor ketiga yang mendorong penguatan rupiah, menurut Perry adalah prospek ekonomi Indonesia yang baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan di atas 5%, sementara tingkat inflasi rendah dalam kisaran 2,5% plus minus 1%. Kredit juga tumbuh positif, kata Perry.

Baca Juga :   Pertahankan Suku Bunga Rendah, Bank Indonesia Menilai Inflasi Tahun 2022 Masih Terkendali

“Prospek ekonomi yang baik ini menjadi daya tarik inflow,” ujarnya.

Faktor keempat, kata Perry, adalah komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan terus koordinasi dengan pemerintah dan KSSK.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics