Asset-Heavy Company Jadi “Target Pembunuhan” Triple Disruption
Paling tidak ada 3 disrupsi yang sedang bergulir dalam 3 tahun terakhir ini. Siapa yang bakal memenangkan bertempur dengan “para algojo” tersebut? Dan siapa pula yang bakal terbunuh oleh “para algojo” tersebut? Ketiga disrupsi tersebut disebut Managing Partner Inventure Yuswohady sebagai triple disruption yang terdiri dari digital disruption, millennial disruption dan pandemic disruption.
Dampak ketiga disrupsi tersebut dapat dilihat dari sejumlah fenomena yang belakangan ini ramai, yakni Bank BNI yang bakal menutup 96 kantor cabang pada tahun ini, Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air yang menawarkan pensiun dini untuk para karyawannya dan penutupan Giant yang akan dilakukan pada akhir Juli 2021.
Dalam sosial medianya, Yuswohady juga memaparkan terget perusahaan yang seperti yang bakal dilahap triple disruption tersebut. Demikian pula ia memaparkan perusahaan-perusahaan yang bisa “algojo” ketiga disrupsi tersebut.
Ia mengatakan perusahaan yang menjadi “target pembunuhan” triple disruption tersebut adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki aset fisik sebesar gaban (besar sekali) dan beban overhead-nya berat dan begitu menghimpit. Ia menyebutnya Asset-Heavy. Dalam maskapai penerbangan dapat dilihat overhead yang menghimpit berupa operasi pesawat. Adapun pada perbankan berupa operasi kantor cabang dan jumlah pegawai yang besar. Sedangkan pada perusahaan ritel berupa biaya properti yang mahal dan dibiayai dari pinjaman bank.
Beda halnya dengan yang Yuswohady dengan perusahaan Asset-Light Company. Ia menyontohkan platform company seperti Gojek , Tokopedia, Traveloka dan lain sebagainya. Siwo menyontohkan Gojek yang tak perlu membayar gaji bulanan kepada mitra ojek onlinenya, berbeda dengan perusahaan transportasi konvensional yang membayar gaji kepada para pengemudinya.
Begitu pula dengan usaha kecil menengah (UKM) yang dikategorikan sebagai Asset-Light. “Saya meyakini UKM bakal lebih resilient dan lebih agile dalam bermanuver menghadapi gonjang ganjing triple disruption,” tulis Siwo.