BSSN Laporkan 739 Indikasi Ancaman Siber, Sebanyak 47% Tidak Direspons

0
43
Reporter: Rommy Yudhistira

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyayangkan rendahnya tingkat kesadaran perusahaan dan institusi yang tidak melakukan evaluasi terhadap notifikasi indikasi ancaman serangan siber yang dilaporkan BSSN.

Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan, dan Pariwisata BSSN, Edit Prima menyebutkan tercatat pihaknya telah melaporkan sebanyak 739 notifikasi hingga Agustus 2024. Dari jumlah tersebut sebanyak 344 atau 47% notifikasi tidak direspons oleh pihak yang diberikan laporan oleh BSSN. Sedangkan yang merespons sebanyak 395 atau 53%.

“Sayangnya memang sampai dengan Agustus kemarin, dari sekitar 700-an notifikasi yang kita sampaikan ke para pihak yang berpotensi terdampak sistemnya, itu hanya 50% saja yang merespons,” kata Edit saat menjadi pembicara dalam acara Cybersecurity Symposium di Pullman Thamrin CBD, Jakarta, Kamis (31/10/2024).

Dalam prosesnya, Edit mengatakan, BSSN mengirimkan notifikasi yang tersandi atau dilakukan encrypt. Tujuannya agar pesan yang berisi informasi mengenai hal-hal yang dicurigai bermasalah dapat ditanggapi dengan tepat.

“Harapannya dari notifikasi itu, pihak terdampak melakukan follow up lebih lanjut, analisa potensi insiden yang ada. kalau terdampak mudah-mudahan bisa ditindak dengan segera. Itu tadi upaya dari BSSN memantau dan memberikan notifikasi kepada rekan-rekan yang terdampak,” ucapnya.

Baca Juga :   Layanan Masyarakat Terganggu karena Serangan Siber, BSSN: Tidak Ada Data Cadangan

Selain melaporkan, Edit mengatakan pihaknya juga tengah mengembangkan skema information sharing terhadap kasus-kasus siber yang pernah terjadi. Dengan melakukan diskusi bersama beberapa pihak, BSSN ingin para stakeholders dapat lebih mengetahui persoalan yang terjadi, dan menganalisa agar tidak terjadi kembali.

“Karena dengan berdiskusi lebih tepat, teman-teman kita bisa lebih aware, bisa lebih siap antisipasi dari lesson learned yang terjadi di suatu pihak. Memang sulit juga, di satu sisi secara bisnis kita kompetisi, bank satu sama bank lainnya. Industri satu dengan yang lain kompetisi di bidang yang sama,” ucapnya.

Dengan menjalin kolaborasi, Edit mengatakan, sektor keamanan siber dalam negeri dapat terjaga, sehingga masyarakat bisa lebih aman dalam melakukan kegiatan berkaitan dengan dunia siber.

“Tapi kalau sudah bicara keamanan siber harusnya sudah jangan bicara kompetisi. Justru harus kolaboratif. Karena kita tahu para penjahatnya itu juga mereka kerja sama. Ada yang jago bikin malware, ada yang punya duit, mereka kerja sama. Kenapa kita yang dalam posisi korban maupun calon korban tidak kerja sama. Itu mungkin salah satunya,” ucapnya.

Baca Juga :   Investigasi Internal BPJS Kesehatan Dikoordinasikan dengan Kementerian Kominfo dan BSSN

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics