Ini Catatan ATSI Soal Tantangan Telko
Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) mengungkapkan tujuh peluanng dan tantangan dari industri telekomunikasi. Perwakilan ATSI, Arief Mustain menyebutkan perkembangan telekomunikasi telah menumbuhkan dan mendorong bisnis-bisnis lainnya.
Jumlah pengguna seluler di Indonesia sangat besar. Jumlah totalnya sekitar 322,1 juta dan sebagian besar pelanggan layanan data. “Ini akan menjadi salah satu modal kita kedepannya yang sangat besar. Dalam konteks nanti ketika kita akan bicara tentang on top dari infrastuktur atau on top network, akan banyak yang bisa kita lakukan, apakah cross-selling, upselling, atau sebagainya,” kata Arief, di Hotel Aston, Jakarta, Senin (2/12/2019).
Arief mengatakan Indonesia merupakan negara yang menawarkan harga paket yang sangat murah, hanya US$0,53 per gigabyte. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan harga paket per gigabyte ketiga paling murah di dunia, hanya di bawah Bangladesh dan India.
“Bahkan sekarang angkanya (data yield) bukan 0,5 mungkin sudah 0,3. Jadi semakin turun secara angka year per gigabyte. Sudah barang tentu bagi operator akan menjadi salah satu hal yang sangat fundamental. Secara volume memang semakin meningkat dan pertumbuhan user juga semakin melambat, tapi dengan yield yang sangat rendah ini akan menjadi persoalan dalam membangun kesehatan sebuah korporasi. Nah, ini menjadi tantangan buat kita di saat kita harus tetap tumbuh baik untuk investasi beberapa teknologi baru yang juga kita harus lakukan,” kata Arief.
Kondisi tersebut akan mendorong konsumsi bandwith dalam jumlah yang besar. Seharusnya sektor telekomunikasi dapat memberikan dampak ekonomi dan sosial serta dapat me-leveragesektor-sektor lainnya di seluruh Indonesia. “Mungkin kita bisa lihat perkembangan sektor di e-commerce dan digital coach, baik untuk yang education, entertainment, dan sebagainya juga di-leverage oleh menurunnya harga ini,” tuturnya.
ATSI bersama-sama dengan operator telekomunikasi lainnya telah melakukan beberapa adopsi teknologi. Bahkan teknologi yang tidak mainstream pun turut dilakukan. Meski tidak lagi populer, teknologi 2G GSM masih digunakan karena jumlah pelanggan seluler yang menggunakan feature phone masih banyak. Begitu pula teknologi 3G saat ini masih digunakan sebagai pelapis jaringan data 4G. Pertumbuhan trafik data di Indonesia tercatat sekitar 87%.
Isu yang tidak kalah penting yakni mengenai ambisi seluruh operator yang haus spektrum. Operator telekomunikasi akan menunggu lelang frekuensi 2,3GHz pada tahun depan. Menurut Arief, ketersediaan spektrum ini akan menjadi concern industri karena bisa menggairahkan kembali industri telekomunikasi.
Layanan Internet of Things berbasis seluler (NB-IoT) diperkirakan juga akan terus meningkat. Operator sudah mulai mengadopsi teknologi-teknologi alternatif di IoT yang dianggap sangat baik untuk menyehatkan industri dari sisi kompetisi.
Pertumbuhan smartphone sangat tinggi di Indonesia. Kondisi tersebut akan semakin memperkuat penggunaan layanan telekomunikasi. Menurut IDC, pengapalan smartphone meningkat pesat di Indonesia dalam dua kuartal terakhir. Pengapalan tersebut mencapai 9,7 juta unit pada kuartal II tahun 2019. Kondisi tersebut tertinggi dalam sejarah. Sementara kuartal III tahun 2019 mencapai sebesar 8,8 juta unit.