Ramai Soal Utang BUMN Karya, Yuk Lihat Utang Waskita, Wika, dan Adhi Karya
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatatkan utang konsolidasi BUMN pada tahun 2022 sebesar Rp1.640 triliun naik 3,79% pada 2021 atau sebesar Rp1.580 triliun. Meski begitu, yang tak pernah lepas dari sorotan publik adalah terkait utang-utang yang dimiliki sejumlah BUMN Karya yang jumbo nilainya.
PT Waskita Karya membukukan total utang atau liabilitas sebesar Rp84,37 triliun pada kuartal I-2023 yang meningkat dari sebelumnya kuartal IV-2022 sebesar Rp83,98 triliun. Dari total tersebut baik dari total liabilitas jangka panjang, maupun jangka pendek mengalami penurunan.
Liabilitas jangka panjang tercatat sebesar Rp21,23 triliun pada kuartal I-2023 dari yang sebelumnya pada kuartal IV-2022 sebesar Rp21,45 triliun. Sedangkan liabilitas pada jangka pendek pada kuartal I-2023 tercatat Rp63,13 triliun dari sebelumnya sebesar Rp62,53 triliun kuartal IV-2022.
PT Adhi Karya mencatatkan total utang atau liabilitas menurun sebesar Rp30,29 triliun per 31 Maret 2023 dari pada kuartal IV-2022 sebesar Rp31,16 triliun. Sama halnya dengan total liabilitas yang menurun, jumlah liabilitas jangka pendek dan panjang pun mengalami penurunan.
Liabilitas jangka panjang pada kuartal I-2023 sebesar Rp6,91 triliun dari sebelumnya pada kuartal IV-2022 sebesar Rp6,54 triliun. Adapun pada liabilitas jangka pendek tercatat pada kuartal I-2023 sebesar Rp23,37 triliun dari yang sebelumnya sebesar Rp24,61 triliun pada kuartal IV-2022.
PT Wijaya Karya mencatatkan total liabilitas yang menurun. Liabilitas sebesar Rp55,76 triliun pada kuartal I-2023 sedangkan pada kuartal IV-2022 sebesar Rp57,57 triliun. Adapun pada total liabilitas jangka pendek mengalami penurunan, dan pada liabilitas jangka panjang mengalami kenaikan.
Liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp34,07 triliun pada kuartal I-2023 dari yang sebelumnya pada kuartal IV-2022 sebesar Rp36,13 triliun. Sedangkan liabilitas jangka panjang mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp21,69 triliun pada kuartal I-2023 dari yang sebelumnya sebesar Rp21,44 triliun pada kuartal IV-2022.
“Utang yang berjalan lancar itu utang baik, di kehidupan kita juga ada UMKM yang berutang tetapi utang lancar, itu harus kita lindungi,” kata Menteri BUMN, Erick Thohir dalam keterangan resminya.
Erick menyebut dalam rangka penyehatan BUMN Karya, setidaknya ada 3 konteks yang dapat dipelajari sesuai pendalaman yang dilakukan bersama Boston Consulting Group (BCG).
“Seperti yang sudah saya bilang, untuk BUMN-BUMN Karya yang akan dilakukan adalah konsolidasi. Itu kan sudah sejak awal sudah ada roadmap-nya bersama Boston Consulting Group,” ucap Erick.
Adapun tiga konteks tersebut meliputi pertama, pembiayaan jangka pendek yang harus membiayai proyek jangka panjang. Kedua, terkait BUMN yang harus fokus sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Terakhir adalah terkait dengan BUMN Karya yang cenderung melebarkan bisnis yang tidak sesuai dengan keahliannya.
“Kita sudah review sebaiknya Karya-Karya ini (BUMN Karya) dari 9 jadi 4. Tanya Pak Tiko (Wamen BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo) detailnya karena dulu sudah dipaparkan dan sudah setuju. Jadi BUMN sebaiknya ada 4, ada expertise di sini, ada gedung, jadi tidak semua palugada, sudah ada bukunya,” kata Erick Thohir beberapa waktu lalu.