Pohon Bisnis Kimia Farma

0
1895
Reporter: Ratu Ifthiharfi

PT Kimia Farma (Persero) Tbk atau Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Pada awalnya, nama perusahaan ini adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijakan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero). Kimia Farma Mencatatkan saham perdana untuk publik (initial public offering/IPO) pada tanggal 4 Juli 2001 dengan kode emiten KAEF dan komposisi saham 90,025% milik pemerintah dan 9,975% milik publik.

 

Anak-anak perusahaan Kimia Farma:

 

  1.  Kimia Farma Trading & Distribution.

PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) adalah anak perusahaan Kimia Farma yang didirikan pada tanggal 4 Januari 2003. Perusahaan bergerak di bidang layanan distribusi dan perdagangan produk kesehatan dan memiliki wilayah layanan yang luas mencakup 34 Propinsi dan 511 kabupaten/kota. Sebagai penyedia Jasa Layanan Distribusi, KFTD menyalurkan aneka produk dari Perseroan, produk dari keagenan lainnya, serta produk-produk non-keagenan. KFTD mendistribusikan produk-produk tersebut melalui penjualan reguler ke apotek (apotek Kimia Farma dan apotek non-Kimia Farma), rumah sakit, toko obat, supermarket, restoran dan kafe. Komposisi pemegang saham PT Kimia Farma (Persero) Tbk yaitu 99,99% dan Kimia Farma Apotek (KFA) sebesar 0,01%. Aset KFTD per Desember 2020 sebesar Rp2.622 miliar.

Baca Juga :   Angkasa Pura I Siapkan 6 Bandara untuk Embarkasi dan Debarkasi Jemaah Haji

 

  1. Kimia Farma Apotek.

PT Kimia Farma Apotek (KFA) adalah anak perusahaan Perseroan yang didirikan berdasarkan akta pendirian tanggal 4 Januari 2003. Sejak tahun 2011, KFA menyediakan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi layanan farmasi (apotek), klinik kesehatan, laboratorium klinik dan optik, dengan konsep One Stop Health Care Solution (OSHCS) sehingga semakin memudahkan masyarakat mendapatkan layanan kesehatan berkualitas. Komposisi pemegang saham PT Kimia Farma (Persero) Tbk yaitu 99,99% dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga Kimia Farma (YKKKF) 0,01%.

 

  1. Sinkona Indonesia Lestari.

PT Sinkona Indonesia Lestari (SIL) adalah produsen bahan alam berkualitas dari Indonesia yang menghasilkan kina beserta turunannya dan produk minyak atsiri. SIL didirikan pada 25 Oktober 1986 dengan komposisi pemegang saham PT Kimia Farma Tbk yaitu 51,00% dan PT Perkebunan Nusantara VIII sebesar 49,00%. Aset SIL per Desember 2020 sebesar Rp287 miliar.

 

  1. Kimia Farma Dawaa co. Ltd.

Kimia Farma Dawaa Co., Ltd. (KF Dawaa) resmi berdiri pada 13 Februari 2018. KF Dawaa melakukan kegiatan usaha di bidang manajemen ritel apotek, distribusi obat-obatan, kosmetik dan alat Kesehatan. Sejak tahun 2019, Kimia Farma Dawaa (melalui Machfudz Establisment) juga sebagai distributor susu bayi (baby milk). Keberadaan Kimia Farma di Arab Saudi sekaligus dapat mendukung program pemerintah dalam melayani kebutuhan pelayanan kesehatan jamaah haji dan umroh Indonesia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun,dan jamaah haji dan umroh ini merupakan basis utama pelanggan di samping juga melayani Warga Negara Indonesia yang tinggal di Arab Saudi.

Baca Juga :   Luncurkan 5 Jenis Mortar, SIG Memperkuat Posisi Tawar di Bisnis Mortar

Kimia Farma melakukan penyertaan saham terhadap saham Dawaa Medical (salah satu anak perusahaan MBM Group) melalui investasi/penambahan modal sehingga menjadikan Kimia Farma menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan saham 60%, kemudian nama perusahaan Dawaa Medical berubah menjadi Kimia Farma Dawaa (KF Dawaa). Aset KF Dawaa per Desember 2020 sebesar Rp194 miliar.

 

  1. Kimia Farma Sungwun Pharmacopia.

PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) didirikan pada 25 Januari 2016 dan merupakan pabrik bahan baku farmasi pertama di Indonesia. Merupakan kerja sama dengan skema joint venture antara PT Kimia Farma Tbk dengan PT Sungwun Pharmacopia Indonesia sebagai perwakilan dari Sung Wun Pharmacopia, Co., Ltd dari Korea Selatan. Komposisi pemegang saham yaitu 80,67% PT Kimia Farma Tbk dan 19,33% Sungwun Pharmacopia Co Ltd. Pada 10 Oktober 2016, telah dilakukan groundbreaking oleh Menteri Kesehatan RI, Kepala Badan Pom RI, Ketua Komisi IX DPR RI, Presiden Director Sungwung Pharmacopia, Co., Ltd dan Komisaris Utama PT Kimia Farma Tbk sebagai pertanda dimulainya proses pembangunan pabrik bahan baku obat ini. Aset KFSP per Desember 2020 sebesar Rp138 miliar.

Baca Juga :   Komisi VI Minta PLN Tinjau dan Mengakhiri Skema TOP, Ini Alasannya

 

  1. PT Phapros, Tbk.

PT Phapros, Tbk adalah perusahaan farmasi yang merupakan anak perusahaan PT Kimia Farma Tbk yang saat ini menguasai saham sebesar 56,7% dan sisanya dipegang oleh publik termasuk karyawan. PT Phapros Tbk telah memproduksi lebih dari 284 macam obat, sebagian besar diantaranya adalah hasil pengembangan sendiri (non-lisensi) yang diklasifikasi dalam kelompok produk etikal, generik, OTC, dan Agromed. Selain memproduksi bat yang diperdagangkan sendiri, Phapros dipercaya industri farmasi lain untuk memproduksi obat melalui kerja sama Contract Manufacturing. Produk tersebut selain untuk kebutuhan nasional juga untuk kebutuhan negara lain melalui kerja sama ekspor yang dirintis sejak tahun 2013. Hingga saat ini sudah ada 6 produk yang diizinkan untuk beredar di negara tetangga, yaitu Kamboja. Aset Phapros per Desember 2020 sebesar Rp2.097 miliar.

Leave a reply

Iconomics