Bahas Perdamaian Palestina, Presiden Jokowi akan Temui Presiden Biden
Presiden Joko Widodo akan menemui Presiden Amerika Serikat, Joe Biden untuk menyampaikan pesan dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Presiden baru saja menghadiri KTT Luar Biasa OKI di Riyadh, Saudi Arabia, yang diselenggarakan secara khusus untuk membahas kondisi di Palestina.
“Saat KTT, saya menyampaikan secara jujur bahwa dunia seolah tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina, sehingga saya mengajak negara-negara anggota OKI untuk bersatu dan berada di barisan terdepan dalam memperjuangkan keadilan bagi rakyat Palestina,” kata Presiden Jokowi dalam keterangan persnya.
Menurutnya, gencatan senjata harus segera diwujudkan, bantuan kemanusiaan harus dipercepat dan diperbanyak, perundingan damai harus segera dimulai, fasilitas publik dan kegiatan kemanusiaan tidak boleh menjadi sasaran serangan, dan Israel harus bertanggung jawab atas kekejaman yang telah dilakukan.
“Alhamdulillah, KTT OKI menghasilkan resolusi yang berisi pesan yang sangat kuat untuk dunia. Dan, pesan inilah yang akan saya sampaikan kepada Presiden Biden esok hari, di mana ini adalah suara dari 57 negara atau sekitar sepertiga suara negara di dunia. Selain itu, saya juga akan menyampaikan pesan dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang meminta saya secara khusus untuk menyampaikannya kepada Presiden Biden,” kata Presiden Jokowi.
Ada lima hal yang disampaikan Presiden Jokowi usai pertemuan OKI di Riyadh. Pertama, gencatan senjata harus dapat segera dilakukan. Tanpa gencatan senjata, situasi tak akan membaik dan Israel telah menggunakan narasi self defense dan terus melakukan pembunuhan rakyat sipil. Ini tak lain sebuah collective punishment dan kita semua harus mencari jalan agar Israel segera melakukan gencatan senjata.
Kedua, bantuan kemanusiaan harus dipercepat dan diperluas jangkauannya. OKI harus mengusulkan mekanisme bantuan yang lebih predictable dan sustainable. Indonesia juga telah mengirim bantuan kemanusiaan dan ke depan akan menambahkan lagi. Di sisi lain, situasi kemanusiaan juga sangat memprihatinkan, Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara terus menjadi sasaran serangan Israel dan sudah kehabisan bahan bakar. Untuk itu, Indonesia meminta semua pihak untuk menghormati hukum humaniter internasional.
Ketiga, OKI harus menggunakan semua lini untuk menuntut pertanggungjawaban Israel terhadap kekejaman kemanusiaan yang telah dilakukan, misalnya mendesak diberikannya akses pada independent international commission of inquiry of the occupied Palestinian territory yang dibentuk Dewan HAM PBB untuk melaksanakan mandatnya. Dan, terus mendukung proses advisory opinion di mahkamah internasional.
Keempat, OKI harus mendesak agar perundingan damai dimulai kembali segera. Demi terwujudnya two state solution dan menolak pemikiran one state solution, karena pasti Palestina yang dikorbankan. Dan, jika memang mekanisme kuartet sudah tidak bisa diandalkan, maka OKI harus mendorong proses negosiasi damai dengan format baru dan Indonesia siap berkontribusi dalam negosiasi damai tersebut.
Kelima, OKI harus bersatu, harus berada di garis depan menggunakan semua cara damai, semua pengaruh, semua upaya diplomasi untuk membela keadilan dan kemanusiaan bagi Palestina.