
Pemerintah Diminta Lakukan Kajian dan Susun Formulasi Antisipasi Resesi 2023

Anggota Komisi V DPR Willem Wandik/Dokumentasi DPR
Anggota Komisi V DPR Willem Wandik mengusulkan pemerintah mengkaji dan menyusun formulasi yang tepat sebagai benteng serta menjaga keseimbangan daya beli masyarakat. Ini untuk mengantisipasi ancaman resesi global yang akan terjadi pada 2023.
“Hal ini harus diantisipasi tentunya, namun apa yang telah dilakukan pemerintah saat ini dengan menetapkan kebijakan-kebijakan yang justru menambah beban negara, terkait beban rutin yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN),” kata Willem dalam sidang paripurna DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (4/10).
Willem mengatakan, ancaman resesi global dikhawatirkan membawa dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Di sisi lain, fondasi ekonomi Indonesia dinilai masih lemah karena daya beli masyarakat menurun terutama akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Indonesia saat ini, kata Willem, masih dihadapkan dengan ketidakstabilan penerimaan negara dari rupiah murni. Karena itu, pemerintah perlu mengambil keputusan tepat guna dalam menghadapi ancaman resesi pada tahun depan.
“Perlu meninjau kembali terkait kebijakan-kebijakan yang justru menambah beban negara yang sifatnya beban rutin yang bersumber dari APBN,” ujar Willem.
Sedangkan, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan, resesi global pada 2023 hampir dipastikan akan terjadi. Kendati demikian, jangka waktu resesi itu belum bisa dipastikan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ekonomi Indonesia.
“Setidaknya pada 2023. Kalau tidak, lebih cepat dari itu,” kata Mahendra.
Meski dibayangi ancaman resesi, Mahendra optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat terjaga dengan baik di tengah situasi global yang penuh dengan ketidakpastian. Bahkan, perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 berada di tingkat 5%.
“Oleh karena itu, kita harus melihat dari dua kondisi dalam perspektif lengkap. Kita jaga stabilitas dengan baik, namun waspada dan pahami risiko transmisi dari ekonomi global yang semakin berat,” tutur Mahendra.
Leave a reply
