Pakar: Dampak Covid-19 Tak Semua Negatif, Sektor E-Commerce Justru Meningkat

0
2021
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Imbauan pemerintah untuk bekerja dan belajar dari rumah karena wabah virus corona rupanya memicu perubahan perilaku konsumen. Karena itu, perusahaan dipaksa pula menyesuaikan diri atas situasi itu karena masyarakat pada umumnya bertransaksi dari rumah.

Yuswohady selaku Managing Partner Inventure  mengatakan, munculnya fenomena ini, perusahaan perlu beradaptasi terhadap perilaku konsumen yang kini melakukan hampir seluruh kegiatannya dari rumah karena wabah virus corona. Apalagi perilaku ini akan menjadi kebiasaan tetap (the new normal), dan bukan sesuatu yang berdampak secara sementara.

Social distancing adalah the new normal bukan temporary. Jangan-jangan ini menjadi perubahan yang permanen,” kata Yuswohady di Jakarta, Senin (13/4).

Merujuk hasil survei Nielsen (2020) di Indonesia, Yuswohady mengatakan, 46% hingga 48% dari responden mengaku akan mengurangi kegiatan makan di restoran atau menongkrong di kafe-kafe karena adanya wabah Covid-19. Hal serupa juga terlihat di sektor entertainment dengan 50% dari responden mengaku akan mengurangi kegiatan hiburan termasuk mengunjungi bioskop dan mal.

Baca Juga :   Ini Rekomendasi Core agar Pertumbuhan Ekonomi Tetap di Atas 5%

Karena itu, kata Yuswohady, industri restoran, bar dan kafe, bahkan bioskop dan mal akan terpuruk akibat Covid-19. Lalu, merujuk data Mckinsey & Company, Yuswohady mengatakan, hingga April 2020, nilai pasar industri penerbangan mengalami penurunan hingga 46% sepanjang tahun berjalan (year-to-date). Saking besarnya dampak Covid-19 terhadap industri penerbangan dan turisme, hingga salah satu perusahaan unicorn milik Indonesia, Traveloka, terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya.

“Traveloka yang kita tahu 2-3 bulan lalu, pertumbuhannya sudah besar minggu lalu sudah me-layoff karyawannya. Jadi ini jangan dilihat sebagai sesuatu yang temporer. Mulai sekarang harus beraksi dan melakukan apapun untuk menyelamatkan omzet dan karyawan, jangan sampai karyawan ter-layoff,” tuturnya.

Menurut Yuswohady, dampak wabah tidak hanya berdampak negatif tetapi terdapat berbagai perusahaan yang diuntungkan akibat kondisi saat ini. Semisal, karena fenomena social distancing, berdasarkan survei Nielsen, sektor e-commerce dan perbelanjaan grosir meningkat sebesar 30%. Di Amerika Serikat, misalnya, salah satu pemain perusahaan e-commerce terbesar di dunia, Amazon, telah menambahkan 100 ribu karyawan untuk mengejar permintaan konsumen yang kian meningkat.

Baca Juga :   KPU Susun Format Debat Cawapres Besok, Topik yang Dibahas dari Ekonomi hingga Tata Kelola APBN/APBD

Kemudian, adanya imbauan untuk bekerja dan belajar dari rumah, Yuswohady menilai beberapa industri kecil seperti industri online learning dan telemedicine dapat memasuki pasar utama sebab dapat menyediakan jasa dan layanan yang dibutuhkan konsumen saat ini.

“Ruangguru berterimakasih kepada Covid-19 karena dari industri yang kecil menjadi mainstream. Sama dengan Halodoc di telemedicine. Nanti kita semua beli obat dan konsultasi kita lakukan secara online,” katanya.

Menurut Yuswohady, stay at home economy akan berpijak pada dua sektor: sektor digital dan logistik. Terkait logistik, misalnya, akan banyak perusahaan yang harus “menjemput bola” atau menyediakan dan mengantarkan barang dan layanan mereka kepada konsumen yang berada di rumah.

Tentunya hal tersebut terlihat pada industri makanan dan minuman serta grosir di mana restoran-restoran dan toko retail telah menyediakan layanan pengiriman agar konsumen dapat membeli kebutuhan pokok mereka tanpa keluar dari rumah. Bahkan industri perhotelan telah menyiapkan layanan-layanan unik seperti on demand cleaning services ke rumah-rumah konsumen supaya dapat bertahan di kondisi saat ini.

Leave a reply

Iconomics