AC Ventures dan BCG Ungkap Nasib Fintech
AC Ventures (ACV) bersama dengan Boston Consulting Group (BCG) akan merilis laporan fintech terlengkap di Indonesia pada awal tahun mendatang. ACV dan BCG akan mengupas mengenai perubahan lingkungan makro ekonomi global dan penerapan dampak pada ekosistem fintech di Indonesia, mengulas bagaimana lanskap kompetitif berkembang (kebangkitan digibank, dan implikasinya bagi para pemain), penetrasi fintech di antara konsumen dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta menemukan ruang kosong yang tersedia, hingga menjawab berbagai tantangan internal terbesar bagi para pendiri startup fintech dalam membangun tim.
“Akses ke layanan keuangan yang komprehensif terus menjadi salah satu faktor pendukung yang paling kuat dalam pertumbuhan masa depan Indonesia. Penerapan solusi teknologi digital untuk mempercepat inklusi keuangan, baik itu untuk pembayaran, pinjaman, investasi, asuransi, atau perbankan, akan menjadi salah satu kekuatan paling disruptif untuk penciptaan nilai di dekade digital Indonesia mendatang,” kata Founder & Managing Partner, AC Ventures Adrian Li dalam keterangan resmi.
Managing Director and Partner, Boston Consulting Group Sumit Kumar mengatakan seiring dengan berkembangnya ekspektasi pengguna/konsumen, industri fintech juga harus terus berkembang.
“Bagaimana caranya kita bisa melampaui ekspektasi konsumen? Bagaimana kita bisa menciptakan visi baru untuk masa depan industri? Bagaimana institusi keuangan tradisional dapat berkolaborasi dengan fintech dan membawa pertumbuhan? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang mendasari kolaborasi kami dengan AC Ventures,” papar Kumar.
Hal-hal tersebut yang akan disajikan melalui serangkaian webinar sebelum laporan fintech tersebut dirilis.
Industri fintech Indonesia menunjukkan momentum yang menjanjikan dalam beberapa waktu terakhir. Dikatalisasi oleh pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, terlihat pertumbuhan pesat di seluruh vertikal fintech, termasuk pembayaran, pinjaman, dan investasi.
Dikutip dalam keterangan resmi ACV dan BCG, pihak Google, Bain, dan Temasek memprediksi, pembayaran digital akan tumbuh menjadi US$351 miliar, buku pinjaman digital mencapai US$35 miliar, dan investasi fintech AUM mencapai US$28 miliar pada 2025. Hal ini membuat minat investor semakin kuat ke sektor ini. Deretan startup di bidang fintech pun tercatat menyandang gelar Unicorn, seperti Xendit yang merupakan portofolio perusahaaan AC Ventures, Akulaku, dan Ajaib.
Peluang fintech tidak terbatas karena transaksi keuangan berdiri di antara hampir setiap pertukaran produk atau layanan antara bisnis atau konsumen. Sektor ini juga memiliki potensi pengembangan produk dan layanan yang beragam dan menjanjikan. Ketika pasar berkembang dan konsumen menuntut penawaran yang berbeda, produk baru dapat dibangun dan diperkenalkan melalui berbagai strategi. Misalnya, dalam pembayaran, saat perdagangan sosial dimulai melalui obrolan, lapisan antarmuka baru yang menggabungkan metode pembayaran dan memperkenalkan pembayaran tunggal dapat menjadi sangat populer, seperti Juspay dari India.