Harga Minyak Dunia Turun karena Data Perekonomian Tiongkok
Investor resah. Data perekonomian Tiongkok menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Walau ada pertemuan pekan lalu, rupanya perang dagang tampaknya belum akan berakhir. Akibatnya: harga minyak dunia turun pada Selasa (15/10).
Minyak mentah Brent, misalnya, turun US$ 1,04, atau 1,75% menjadi US$ 58,31 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 98 sen, atau 1,83% menjadi US$ 52,61.
Badan Pusat Statistik Tiongkok menyebutkan, harga produk manufaktur turun dengan laju tercepat dalam 3 tahun terakhir pada September 2019. Data bea cukai juga mengikuti yang menunjukkan impor Tiongkok telah berkontraksi dalam 5 bulan terakhir.
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok masih terus membayangi perekonomian global. Presiden Donald Trump pada Jumat pekan lalu memaparkan tahap pertama untuk mengakhiri perang dagang dengan Tiongkok. Tahap pertama itu ditandai dengan menunda kenaikan tarif barang masuk terhadap barang impor dari Tiongkok.
Akan tetapi, kesepakatan AS dan Tiongkok masih belum bisa dipastikan sehingga memunculkan banyak pertanyaan terutama tentang permintaan minyak di masa mendatang. Langkah AS dan Tiongkok yang tak jelas itu justru membuat pasar minyak merugi.
Ada kekhawatiran dampak negatif terhadap ekonomi global atas negosiasi AS dan Tiongkok. Akibatnya, permintaan minyak semakin tinggi. Sekjen OPEC Mohammad Barkindo mengatakan, pihaknya akan melakukan apapun untuk menjaga kestabilan pasar minyak.
Bersama dengan Rusia dan produsen minyak lainnya, OPEC telah sepakat untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari untuk menjaga stabilisasi pasar. Hal lainnya yang membayangi perekonomian global adalah soal sanksi Presiden Trump terhadap Turki yang menyerang Suriah.
Serangan Turki dinilai meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan akan mengenai lading minyak dan sumber-sumber minyak di sekitar kawasan Teluk.