Insiden Kecelakaan Turis di Rinjani, Menhut Evaluasi SOP dan Pemandu Pendakian

Menteri Kehutanan
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bersama Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memperkuat sinergi serta mengevaluasi prosedur standar operasional (standard operational procedure/SOP) di seluruh kawasan konservasi, termasuk jalur-jalur pendakian gunung di Indonesia.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni menyampaikan bahwa kawasan konservasi bukan hanya tempat untuk menjaga kelestarian alam, tetapi juga ruang bagi masyarakat untuk menikmati keindahan Indonesia. Namun menurutnya, keselamatan harus selalu menjadi prioritas.
“Karena itu, SOP di seluruh kawasan konservasi harus terus kita perbaiki dan perketat,” kata Menhut dalam keterangannya.
Menhut menerangkan lebih lanjut, beberapa langkah yang dibahas dalam pertemuan ini antara lain pemasangan papan penanda keselamatan di titik-titik rawan, peningkatan jumlah dan jarak posko pengamanan, serta pemanfaatan teknologi seperti Radio Frequency Identification (RFID) atau Emergency Locator Transmitter (ELT) untuk memudahkan pendeteksian apabila terjadi kondisi darurat.
Kasus kecelakaan tragis yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani, Lombok, menjadi pengingat pentingnya peningkatan standar keselamatan di seluruh kawasan konservasi.
Meskipun penanganan darurat telah dilakukan maksimal oleh Basarnas dan relawan, pemerintah memandang perlu adanya perbaikan menyeluruh, baik dari sisi prosedur, sarana prasarana, maupun edukasi masyarakat.
Kemenhut juga akan meningkatkan sertifikasi bagi pemandu wisata dan pendakian, serta menyusun sistem klasifikasi tingkat bahaya jalur pendakian. Dengan sistem klasifikasi ini, pendaki akan diarahkan sesuai tingkat pengalaman dan kesiapan mereka.
Leave a reply
