Tony Wenas: Smelter Freeport di KEK JIIPE Gresik Jadi yang Terbesar di Dunia

0
1220

PT Freeport Indonesia sudah bulat memutuskan membangun smelter baru di Kawasan Ekonomi Khusus JIIPE Gresik, Jawa Timur. Dengan kapasitas 1,7 juta ton konsentrat per tahun, smelter tembaga ini diklaim akan menjadi yang terbesar di dunia.

Tony Wenas, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia mengatakan pembangunan smelter baru tersebut merupakan kewajiban dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Freeport Indonesia dan sebagai bagian dari hasil negosiasi soal divestasi antara Freeport dengan Pemerintah Indonesia.

“Smelter tembaga ini tentu nanti pada saat dibangun akan menjadi salah satu smelter tembaga terbesar di dunia dengan kapasitas totalnya 1,7 juta ton konsetrat,” ujar Tony dalam webinar ‘Peran dan Tantangan KEK Mendorong Ekspor’ yang diadakan Harian Kompas, Kamis (16/9).

Selain membangun smelter baru di KEK JIIPE, Tony mengatakan Freeport juga akan menambah kapasitas smelter tembaga PT Smelting yang juga berada di Gresik dari 1 juta ton konsentrat menjadi 1,3 juta ton.

Di KEK JIIPE, Freeprot Indonesia juga akan membangun satu Precious Metals Refinery (PMR) untuk mengolah lumpur anoda yang dihasilkan baik dari smelter tembaga di JIIPE maupun smelter tembaga di PT Smelteting. Tony menjelaskan dalam lumpur anoda ini terdapat kandungan ema dan perak.

Baca Juga :   Kemajuan Pembangunan Smelter Freeport di Bawah Target, Pemerintah: Harus Selesai Tahun 2023

Pada kesempatan tersebut Tony juga menjelaskan alasan PT Freeport Indonesia akhirnya memutuskan untuk membangun smelter baru di KEK JIIPE. Ia mengungkapkan, selaian JIIPE lokasi lain yang menjadi pertimbangan perusahaan adalah lahan Petrokimia Gresik dan juga tempat lainnya yang tidak dia sebutkan.

“Tentu saja banyak hal yang harus kita evaluasi, harus kita pertimbangkan sebelum memutuskan akan dibangun dimana. Karena memang ini proyek yang sangat besar sekali. Total capex-nya dapat mencapai US$3 miliar, sehingga tentu pemilihan lokasi ini harus sangat hati-hati kita lakukan,”jelasnya.

Beberapa pertimbangan dalam memilih lokasi smelter baru ini adalah kesiapan lahan, kemudahan perizinan, legalitas, kemudahan infrastruktur seperti pelabuhan dan jalan, utilitas seperti ketersediaan listrik, gas dan air, serta lay down area atau area penampungan.

“Kami akan menyewa 100 hektar (lahan) dan kami sudah meneyewa 100 hektar. Sementara lay down area, yaitu lahan yang diperlukan untuk konstruksi itu juga mencapai kira-kira kurang lebih 100 hektar,” ujarnya.

Pilihan jatuh pada JIIPE, menurut Tony, karena dinilai sesuai dengan kriteria yang jadi pertimbangan perusahaan.

Baca Juga :   Syarat Perpanjangan Kontrak untuk Freeport, Menteri BUMN Ajukan 3 Permintaan

Selain itu, pertimbangan lain adalah terkait mata rantai atau supply chain produk yang dihasilkan. “Kita juga mempunya produk-produk sampingan seperti gipsum, asam sulfat, kerak tembaga, dan lainnya yang harapannya akan sangat mudah diakses oleh tenant-tenant lain di sekitar kita yang akan tumbuh nantinya,” ujarnya.

Faktor tenaga kerja juga menjadi alasan penting bagi Freeprot Indonesia memilik Gresik sebagai lokasi pembangunan smelter baru. Menurut Tony, tenga kerja yang handal sudah tersedia di Gresik, apalagi di sana juga sudah ada smelter tembaga milik PT Smelting yang sudah lama beroperasi, dimana Freeport juga memiliki sahamnya.

“Total tenaga kerja yang kami butuhkan buat konstruksi itu sekitar 40.000 kumulatifnya. Peak-nya itu 15.000 orang yang akan bekerja di proyek tersebut. Dan ini tentu merupakan hal yang menjadi tantangan bagi kami untuk memperoleh tenaga kerja. Namun kami yakin di Gresik tersedia tenaga kerjanya. Sementara untuk operasionalnya sendiri dari smelter baru ini akan menyerap tenaga kerja antara 750 sampai 1.000 orang,” ujarnya.

Baca Juga :   Presiden Jokowi: Hari Ini Sudah Terwujud Papua Football Academy

Dengan dibangun di JIIPE, Freeport Indonesia juga berharap akan mendapatkan insentif fiskal khusus KEK, selain inentif fiskal berdasarkan IUPK.

Saat ini, setelah proses divestasi pada tahun 2018, saham PT Feeport Indonesia dimiliki oleh BUMN tambang PT Inalum (Persero) sebesar 51,23% dan sisanya dimiliki oleh Freeport McMoRan Inc.

Leave a reply

Iconomics