AstraPay Dorong Peningkatan Pemahaman Literasi Keuangan Digital, Optimalkan Penggunaan QRIS
PT Astra Digital Arta (AstraPay) berupaya mendorong peningkatan pemahaman literasi keuangan digital bagi masyarakat Indonesia. Salah satu upaya tersebut menggelar acara Dialog Inspiratif AstraPay bertemakan Pengembangan Literasi Keuangan Digital Berbasis QRIS: Pendekatan Inovatif untuk Wilayah Indonesia.
Chief Executive Officer (CEO) AstraPay Rina Apriana mengatakan, pihaknya sebagai perusahaan penyedia layanan dompet digital memainkan peran penting dalam ekosistem transaksi digital yang dinilai semakin berkembang. Terlebih, kehadiran sistem pembayaran quick response code Indonesian standard (QRIS) ikut berkontribusi dari sisi kemudahan dan kecepatan dalam bertransaksi.
“AstraPay turut hadir mendukung optimalisasi penggunaan QRIS yang lebih masif untuk sejumlah merchant khususnya bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” kata Rina di Menara Astra, Jakarta, Kamis (13/6).
Selain kemudahan, kata Rina, AstraPay pun berupaya meningkatkan pemahaman sistem pembayaran digital yang dapat mendukung perkembangan dan inovasi sistem yang ada saat ini. Untuk pengguna AstraPay pun sudah mencapai lebih dari 13 juta dengan jumlah transaksi yang mencapai 32 juta kali.
Pencapaian itu, kata Rina, terlihat dari gross transaction value (GTV) sebesar Rp 19,03 triliun pada Januari-Mei 2024. “Hingga akhir tahun 2024 nanti, AstraPay menargetkan 15 juta pengguna dengan jumlah transaksi sebesar 32 juta kali serta dengan GTV yang ditargetkan mencapai Rp 52,59 triliun,” ujar Rina.
Sementara itu, Kepala Grup Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen BI Diana Yumanita mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai inisiatif untuk mendorong kemajuan sistem pembayaran digital. Upaya tersebut dilakukan dengan mengoptimalisasi sistem QRIS di Indonesia.
Diana menyebutkan, salah satu kelebihan yang bisa dirasakan saat ini yaitu kemudahan bertransaksi menggunakan QRIS di lintas negara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Untuk perkembangan literasi keuangan digital menjadi tantangan yang harus segera diatasi.
Tanpa pemahaman yang memadai, kata Diana, masyarakat bisa rentan terhadap tindakan penipuan, penyalahgunaan data, dan masalah keamanan lainnya. “Literasi keuangan digital menjadi sangat penting agar masyarakat dapat memahami manfaat dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan dari penggunaan sistem pembayaran digital,” kata Diana.
Berdasarkan datanya, kata Diana, masih terdapat jarak antara tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Seluruh pihak harus mendorong sosialisasi pemahaman literasi keuangan untuk meningkatkan tingkat literasi.
“Sistem pembayaran digital di Indonesia diharapkan dapat terus semakin kuat, karena sangat memberikan dampak positif bagi perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari volume transaksi QRIS yang mencapai Rp 459,4 triliun pada tahun 2023,” kata Diana.