Jasa Raharja: Target Laba Bersih 2020 Rp 1,62 T

0
444
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

PT Jasa Raharja (Persero) menargetkan laba bersih sebesar Rp 1,62 triliun untuk 2020. Target ini meningkat 4,4% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,55 triliun. Target itu diharapkan tercapai lewat peningkatan pendapatan dan penekanan biaya perseroan.

Direktur Utama Jasa Raharja Budi Raharjo Slamet menuturkan, berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), pihaknya menargetkan pendapatan sebesar Rp 6,71 triliun untuk 2020, naik 5,49% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 6,35 triliun.

Pendapatan yang dihimpun dari perseroan, berasal dari 3 sumber, yakni: iuran wajib dari angkutan umum darat, laut dan udara; sumbangan wajib dana kesejahteraan pemilik kendaraan bermotor yang melakukan daftar ulang ke kantor Samsat; dan hasil investasi. Secara komposisi, sebesar 85% pendapatan perseroan datang dari sumbangan wajib.

Budi menambahkan, sebenarnya besaran iuran wajib dan non-wajib tersebut ditetapkan Kementerian Keuangan dan dikelola Jasa Raharja.

“Memang di anggaran kita selalu anggarkan naik tiap tahun, kami liat juga potensi para penumpang yang akan gunakan alat angkutan umum, kemudian potensi kendaraan baru. Meskipun kita tahu kondisi ekonomi lemah, tapi kita tetap berharap pertumbuhan kendaraan baru juga masih meningkat karena daya beli masyarakat masih akan meningkat,” kata Budi beberapa waktu lalu.

Baca Juga :   Komisi VI Usul Bentuk Panja atau Pansus Jiwasraya

Budi juga mengatakan, Jiwasraya akan melakukan efisiensi pada kinerja perusahaan melalui digitalisasi. Khusus 2020, perseroan sudah baik dalam memanfaatkan teknologi informasi (TI) sehingga diharapkan dapat membantu menekan biaya operasional.

Terkait investasi, menurut Budi, penempatan investasi perseroan telah dikelola dengan hati-hati dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan regulator. Jumlah yang diperoleh dari hasil investasi bahkan mampu menutupi biaya operasional perusahaan.

“Alhamdulillah bahwa hasil dari investasi bisa untuk membiayai, biaya operasional jadi dana pendapatan yang kita peroleh dari masyarakat melalui iuran wajib dan sumbangan wajib tidak digunakan untuk biaya operasional,” kata Budi.

Soal investasi ini, Corporate Secretary Jasa Raharja Harwan Muldidarmawan mengungkapkan, total aset investasi yang dikelola perseroan saat ini sebesar Rp 13 triliun. Jenis aset yang terdapat pada portofolio perseroan termasuk deposito, obligasi pemerintah dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN), surat utang korporasi, reksadana, saham dan penyertaan langsung.

Terkait komposisi penempatan investasi pada masing-masing instrumen, Harwan enggan menjelaskan, tapi memastikan sebagian besar ditempatkan dalam SUN. Sedangkan untuk penyertaan langsung, komposisinya hanya sebesar 8%, sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang membatasi penyertaan langsung tidak melebihi 10%.

Baca Juga :   Erick Thohir Lantik 4 Pejabat Eselon I di Kementerian BUMN

“Untuk saham, obligasi, reksadana, kita ikuti aturan OJK. Makanya hasil audit BPKP itu kita sudah dilihat, dan kesimpulannya pengelolaan investasi Jasa Raharja itu masih sehat dan tidak ada yang dilanggar terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Harwan.

Leave a reply

Iconomics