OJK Pasang Target Konservatif untuk Penggalangan Dana di Pasar Modal pada Tahun 2024

1
191

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memasang target yang lebih rendah untuk penggalangan dana di pasar modal pada tahun 2024, mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang cenderung melemah.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan tahun 2024, OJK menargetkan penggalangan dana di pasar modal mencapai Rp175 triliun hingga Rp200 triliun, lebih kecil dari realisasi hingga akhir November 2023, yang sudah mencapai Rp230,59 triliun, dari 74 emiten.

Kita tetap optimis terhadap 2024. Tetapi tentunya kami juga tetap konservatif,” ujar Inarno dalam konferensi pers, Senin (4/12).

Ia mengatakan target konservatif ini mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari International Monetary Fund (IMF) dan World Bank. Kedua lembaga tersebut, kata Inarno, merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan.

Sejalan dengan itu, Pemerintah Indonesia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan berada di level 5,2%,  lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3%.

Inarno mengungkapkan di pipeline OJK, saat ini terdapat 96 perusahaan yang berencana melakukan Penawaran Umum dengan nilai indikatif sebesar Rp41,11 triliun. Sebanyak 64 perusahaan diantaranya merupakan rencana Initial Public Offering (IPO) oleh emiten baru.

Baca Juga :   Pesan Menko Airlangga kepada OJK dan Pelaku Industri Jasa Keuangan

“Sampai saat ini ada 64 perusahaan di pipeline OJK [yang melakukan IPO] dan 5 diantaranya itu memiliki nilai indikasi  di atas Rp500 miliar. Ini indikasi awal, kita belum tahu ke depan di 2024. Tentunya tergantung dari kondisi/situasi global bagaimana. Tetapi indikasi awal adalah demikian,”ujar Inarno.

Kinerja Pasar Modal

Seiring dengan penguatan pasar keuangan global, pasar saham Indonesia sampai dengan 30 November 2023 menguat sebesar 4,87 persen mtd ke level 7.080,74 (Oktober 2023: 6.752,21), dengan tekanan outflow non-resident mereda meski masih mencatatkan net sell sebesar Rp0,52 triliun mtd (Oktober 2023: outflow Rp8,10 triliun mtd). Beberapa sektor di IHSG pada November 2023 masih menguat di antaranya sektor teknologi, infrastruktur, dan keuangan.

Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 3,36 persen dengan non-resident membukukan net sell sebesar Rp13,86 triliun (Oktober 2023: net sell sebesar 13,34 triliun ytd). Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham di November 2023 tercatat meningkat sebesar Rp10,54 triliun ytd (Oktober 2023: Rp10,48 ytd).

Baca Juga :   OJK: 5,3 Juta Debitur Bank dengan Kredit Senilai Rp 517,2 T Telah Direstrukturisasi

Sejalan dengan pergerakan global, pasar SBN per 30 November 2023 membukukan inflow investor asing sebesar Rp23,50 triliun mtd (Oktober 2023: outflow 12,62 triliun mtd), sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 35,38 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 16,21 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp71,69 triliun ytd

Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI pada 30 November 2023 menguat 7,34 persen ytd ke level 370,10 (Oktober 2023: menguat 4,64 persen ytd). Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana masuk investor non-resident tercatat sebesar Rp64,72 miliar mtd, dan secara ytd masih tercatat outflow Rp1,46 triliun.

Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) pengelolaan investasi per 30 November 2023 tercatat sebesar Rp808,32 triliun, dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp492,72 triliun atau turun 0,39 persen (mtd). Investor Reksa Dana membukukan net redemption sebesar Rp7,30 triliun (mtd). Secara ytd, NAB menurun 2,41 persen, namun masih mencatatkan net subscription sebesar Rp2,68 triliun.

1 comment

Leave a reply

Iconomics