Kas Turun dan Utang Naik, Astra Belum Injak Rem untuk Berinvestasi

Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro menyampaikan keterangan dalam konferensi pers paparan kinerja Kuartal III 2023, Selasa (13/11).
PT Astra International Tbk. (ASII) bakal tetap melakukan ekspansi dengan berinvestasi baik pada bisnis baru maupun yang berkaitan dengan bisnis inti Astra saat ini. Langkah tersebut tetap dilakukan Astra di tengah penurunan kas dan peningkatan hutang.
“Memang terjadi penurunan cash atau peningkatan hutang, tetapi saya kira suatu hal yang biasa. Apakah [dengan itu], ada rencana untuk menahan ekspansi? Saya kira kita saat ini tidak memiliki rencana untuk menahan ekspansi apapun, selama ekspansi itu memang bisa kita danai dengan baik,” ujar Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro dalam konferensi pers paparan kinerja Kuartal III 2023, Selasa (13/11).
Mengutip laporan keuangan, per akhir September 2023, posisi kas dan setara kas Astra sebesar Rp50,94 triliun, menurun 26,79% dari Rp69,58 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, total liabilitas Astra per akhir September 2023 sebesar Rp204,01 triliun, naik 17,14% dari Rp174,15 triliun pada periode yang Sama tahun lalu.
Meski demikian, pendapatan dan laba Astra tumbuh positif. Pendapatan naik 8,84% dari Rp221,35 triliun pada Januari-September 2022 menjadi Rp240,91 triliun pada Januari-September 2023.
Laba bersih pada Januari-September 2023 sebesar Rp25,69 triliun, naik 10,12% dari Rp23,33 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Djony mengatakan peningkatan laba terjadi di hampir seluruh portofolio bisnis Astra, kecuali lini binis alat berat dan pertambangan serta agrobisnis yang terimbas penurunan harga komoditas.
Pada tahun 2023 ini, Astra melakukan sejumlah aksi korporasi. Pada April 2023, Astra membentuk perusahaan patungan dengan Equinix, Inc., salah satu perusahaan infrastruktur digital terbesar dunia, dengan kepemilikan masing-masing sebesar 25% dan 75%. Perusahaan patungan tersebut akan mengembangkan data centre di Indonesia.
Pada Juni, Astra melalui PT United Tractors Tbk, mengumumkan penandatanganan subscription agreement untuk mengakuisisi 19,99% saham di Nickel Industries Limited (NIC) dengan total nilai transaksi sebesar A$943 juta. NIC, yang tercatat pada Australian Securities Exchange, merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama berlokasi di Indonesia. Transaksi ini telah selesai pada September 2023.
Pada Juni, Astra melalui PT Astra Land Indonesia, mengakuisisi 96,92% saham di PT Jaya Mandarin Agung, pemilik Hotel Mandarin Oriental Jakarta dan pemilik lahan premium seluas 1 hektar di kawasan dimana hotel tersebut berada. Total nilai transaksi sebesar US$85 juta.
Pada bulan Juli, Astra melalui PT Astra Digital Internasional, menambah investasi senilai US$100 juta di Halodoc, platform ekosistem kesehatan digital terkemuka di Indonesia. Dengan demikian, total investasi Astra di Halodoc menjadi US$135 juta dengan kepemilikan sebesar 21,04%.
Pada Juli, Astra melalui PT Astra Digital Mobil, menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi 99,98% saham PT Tokobagus, perusahaan yang mengoperasikan platform iklan baris terkemuka di Indonesia dengan merek OLX. Sedangkan sisanya, 0,02% saham akan dibeli oleh PT Astra Digital Internasional. Transaksi ini telah selesai pada Agustus 2023.
Pada bulan Agustus, Astra melalui PT United Tractors Tbk, menandatangani perjanjian untuk mengambil bagian atas 40,476% saham baru yang dikeluarkan oleh PT Supreme Energy Sriwijaya (SES) dengan total nilai transaksi sebesar US$42,3 juta. SES memiliki 25,2% saham PT Supreme Energy Rantau Dedap, yang merupakan pemegang izin pengusahaan panas bumi dengan kapasitas 2 x 49 MW, yang telah beroperasi di Sumatera Selatan. Penyelesaian transaksi masih bergantung pada dipenuhinya prasyaratan pendahuluan tertentu.
Djony mengatakan ekspansi Astra melalui investasi pada berbagai perusahaan tak akan berhenti. Meski demikian, ia masih belum mengungkapkan perusahaan-perusahaan yang tengah dibidik saat ini.
“Saya tidak bisa sampaikan, ada beberapa inisiatif [akuisisi], tentunya ada di pipeline yang sedang kami lihat. Tetapi juga perlu saya sampaikan bahwa kami juga tidak ingin terlalu melebar,” ujarnya.
Djony mengatakan investasi yang dilakukan Astra dalam beberapa tahun terakhir ini dilakukan dengan pertimbangan untuk memperkuat tujuh core bisnis yang sudah ada dan membidik sektor-sektor baru yang menjadi pilar pertumbuhan Astra jangka panjang.
“Pada prinsipnya seluruh investasi Astra itu selalu kami lakukan berdasarkan kajian-kajian yang komprehensif, melihat prospek bisnis tersebut,” ujar Djony.
Investasi tersebut, tambahnya, tidak hanya pada sektor-sektor baru, tetapi juga sektor-sektor yang berkaitan dengan bisnis inti Astra saat ini. “Core daripada Astra saat ini adalah 7 lini bisnis dan investasi yang kami lakuan itu tidak hanya di sektor baru. Tetapi sangat penting bagi kami untuk mempertahankan keunggulan daripada core portofolio kami,”ujarnya.
Tujuh lini bisnis Astra saat ini adalah Otomotif; Jasa keuangan; Alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi; Agribisnis; Infrastruktur dan logistik; Teknologi informasi dan Properti.