Politikus Indonesia Belum Jadikan Dampak Perubahan Iklim sebagai Masalah Krusial

0
143
Reporter: Rommy Yudhistira

Monash Climate Change Communication Research Hub (MCCCRH) Indonesia Node menilai politikus Indonesia belum menjadikan dampak perubahan iklim sebagai persoalan krusial. Itu terbukti  dari hasi riset lembaga tersebut yang menemukan minimnya ketua partai politik melalui akun media sosial berbicara soal perubahan iklim.

Chair MCCCRH Indonesia Node Ika Idris mengatakan, unggahan terkait perubahan iklim dari kalangan ketua partai politik hanya sebesar 8%. Hal itu jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan unggahan para menteri yang mencapai 80%.

“Isu perubahan iklim yang dibicarakan politisi pun masih di taraf kebijakan dan tidak menyentuh dampak yang dirasakan langsung masyarakat,” kaya Ika dalam diskusi sekaligus peluncuran buku bertajuk Navigasi Isu Perubahan Iklim di Pemilu 2024: Panduan Komunikasi untuk Para Politisi di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (19/10).

Sementara itu, pakar kesehatan publik Monash University Grace Wangge mengatakan, isu perubahan iklim penting diangkat sebagai salah satu agenda pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Apalagi banyak kaum muda yang mengalami gangguan kecemasan dan kesedihan akibat bencana yang timbul dari perubahan iklim.

Baca Juga :   Begini Susunan Pengurus Kadin Periode 2024-2029 di Bawah Kepemimpinan Anindya Bakrie

Menurut Grace, sumber kecemasan dan stres tersebut muncul akibat krisis pangan yang terjadi, kehilangan mata pencaharian, kerusakan dan kehancuran lingkungan dari perubahan iklim. Berdasarkan data Air Quality Life Index 20222, ditemukan bahwa beberapa daerah di Indonesia, khususnya DKI Jakarta dan kota di sekitarnya, mengalami penurunan angka harapan hidup rata-rata selama 2,4 tahun.

Hal itu, kata Grace, muncul dari adanya polusi udara di wilayah tersebut. Selain DKI Jakarta, Jawa Barat menjadi provinsi paling tercemar di Indonesia di mana polusi udara memperpendek angka harapan hidup 48 juta penduduk hingga 1,6 tahun.

Polusi tersebut, kata Grace, berasal dari asap kebakaran hutan, emisi karbon dari gas buang kendaraan bermotor, pembangkit listrik, mesin industri, dan lain sebagainya.

Menanggapi hal itu, juru bicara pasangan Anies-Muhaimin (AMIN) Surya Tjandra mengatakan, masyarakat cenderung tidak mengetahui isu perubahan iklim yang terjadi saat ini. Sebagai politikus, Surya memahami pentingnya pemberian edukasi kepada masyarakat agar lebih tertarik terhadap isu perubahan iklim.

Baca Juga :   Berkolaborasi Jangka Panjang, 3 Pendapat CEO Ini Perlu Dipertimbangkan, Apa Itu?

“Kuncinya adalah kolaborasi dan penting mengkombinasikannya dengan aksi nyata,” ujar Surya.

Sedangkan Wakil Ketua Partai Gerindra Rahayu Saraswati Djojohadikusumo mengatakan, pembekalan isu perubahan iklim kepada para konstituen dinilai sebagai sesuatu yang sangat menantang. Berdasarkan pengalamannya, konstituen cenderung tertarik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pokok hidup mereka sehari-hari.

“Berangkat dari pengalaman, yang mereka tangkap itu ya isu sandang, pangan, papan,” ujar Saraswati.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics