CEO Citi Indonesia: Antara CEO dan PR, ‘We Read From Same Play Book’

0
688

Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia mengatakan menjaga reputasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi perbankan, dan bahkan ini sudah menjadi semacam DNA di dunia perbankan.

Dari 8 jenis risiko dalam kerangka manajemen risiko perbankan, salah satu jenis risiko tersebut adalah risiko reputasi, yang juga sering disebut sebagai headline risk.

“Jangan sampai kalau berita buruk itu ada di halaman pertama. Kalau umpannya di halaman 17, enggak apa-apalah, apalagi kecil lagi (beritanya). Tetapi kalau umpannya ada berita buruk dan itu masuk di halaman pertama, itu namanya headline risk, reputational risk enggak bagus,” ujar Batara ketika menjadi pembicara dalam Seminar Indonesia Public Relations Summit 2022 “Rebuilding With Reputation” yang digelar Theiconomics, Kamis-Jumat, 28-29 Juli 2022, di JS Luwansa Hotel, Jakarta.

Selain risiko reputasi, ke-7 risiko lainnya di perbankan adalah risiko operasional, risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko kepatuhan, risiko hukum, dan risiko strategik. Perbankan diwajibkan untuk melakukan self assessment atas 8 risiko tersebut dan dilaporkan secara berkala kepada OJK setiap enam bulan sekali.

Baca Juga :   Alumni Citi Bank Reuni, Pendiri Bank Jago Dianugerahi 'Citi Distinguished Alumni Award'

“Jadi, yang namanya risiko reputasi (reputational risk) itu adalah our DNA di dunia perbankan yang selalu dicek oleh regulator kami setiap 6 bulan,” ujar Batara.

Taggung jawab untuk mengelola risiko reputasi ini, jelas Batara, merupakan tugas dari CEO perusahaan dan juga bagian Public Affairs. Karena itulah, seorang public affairs head harus selalu dekat dengan CEO-nya.

Di Citi Indonesia sendiri, kedekatan antara CEO dan public affairs ini antara lain ditunjukkan dengan posisi ruangan atau kantor kerja. Kantor atau ruangan kerja public affairis head berdekatan dengan kantor atau ruangan kerja CEO.

“Karena begitu pentingnya public affairs itu, sehingga kantor yang paling dekat yang sebelah saya adalah kantor ibu Puni (Country Head of Corporate Affairs, Citibank Indonesia),” ujar Batara.

Menurut Batara, selain agile, seorang public affairs officer di perusahaan juga harus sinkron, ada keselarasan pesan (alignment of message) dengan CEO-nya.

We read form the same play book. Jangan umpanya CEO-nya pake musik klasik, PR-nya main jazz. Itu enggak sinkron. Atau saya main di kunci C, PR-nya main di kunci F. Enggak nyambung, orkestranya tidak harmonis,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics