Mau Hidup 1000 Tahun, Apa Strategi Kopi Kenangan?

0
345
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Kopi Kenangan sebagai perusahaan rantai kopi non-franchise tumbuh sangat cepat di Indonesia. Startup ini sudah memiliki sekitar 160 toko yang berada di beberapa kota besar di seluruh Indonesia. Gagasan Kopi Kenangan dimulai karena para pendiri memiliki misi untuk membumikan kopi Indonesia.

Reporter The Iconomics, Yehezkiel Sitinjak berkesempatan berbincang-bincang dengan Co-founder dan Chief Operating Officer Kopi Kenangan, James Prananto pada Jumat (15/11/2019) di Jakarta. James membeberkan strategi branding, digital disruption, strategi pengembangan bisnis, dan daya tarik Kopi Kenangan bagi investor. Berikut petikan wawancaranya:

Kopi kenangan memiliki konsep yang cukup menarik dan unik terutama bagi perusahaan ritel di bidang minuman, bagaimana strategi branding perusahaan anda?

Kami ingin membuat brand kopi yang Indonesia. Kami melihat banyak brand kopi besar itu berasal dari luar. Kami ingin mendirikan brand Indonesia yang besar, oleh karena itu kita memilih nama “Kopi Kenangan”. Dan kita juga lihat bahwa brand kami sangat relatable bagi semua kalangan, baik remaja, dewasa, bahkan orang tua, mau itu perempuan atau lelaki, semuanya dapat relate. Kita juga telah melakukan riset yang dilakukan oleh pihak ketiga yang mengatakan bahwa pelanggan kita semua itu komposisinya rata, baik dari kelompok usia ataupun gender.

Baca Juga :   Startup Kargo Tech Perbarui Fitur Agar Muatan Truk Tidak Kosong

Dalam menghadapi digital disruption, apakah ada rencana atau strategi dari perusahaan untuk mengintegrasikan platform digital?

Sebenarnya kami sudah memiliki aplikasi sendiri. Aplikasi ini memiliki dua fungsi bagi kami. Pertama, customer loyalty. Kami ingin mempertahankan pelanggan kami. Melalui aplikasi ini, kami ingin memperoleh data mengenai pelanggan kami agar dapat lebih mengerti permintaan dan kebutuhan pelanggan kami.

Kedua, untuk pre-order. Karena kami lihat toko kami mengalami antrian panjang. Kami percaya bahwa 5-10% potensi pelanggan tidak jadi membeli kopi kami karena antrian panjang. Jadi dengan melihat adanya aplikasi kami dan bisa memesan serta membayar langsung melalui aplikasi ini, kita mencoba untuk mempertahankan pelanggan tersebut.

Apa saja platform pembayaran online yang tersedia untuk melakukan pembelian kopi kenangan, baik itu melalui aplikasi atau ke toko?

Kami pasti akan bekerja sama dengan para pemain besar, seperti OVO, DANA, Gopay, dan Cashback.

Berapa jumlah gelas yang dijual kopi kenangan per bulan?

Kami selama tahun ini berhasil menjual sebanyak 2,5 juta minuman per bulan.

Baca Juga :   Finku Meraih Pendanaan US$2,8 juta yang Dipimpin B Capital Group

Berapa banyak jumlah toko kopi kenangan yang ada saat ini dan targetnya berapa banyak untuk ke depan?

Dalam 2 tahun terakhir, kami sudah membuka 161 toko. Kita sudah ada di Jakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Bandung, Gresik, Sidoarjo dan Makassar. Untuk menutup akhir tahun, kita menargetkan untuk membuka 250 toko secara total. Untuk tahun depan, mudah-mudahan kita dapat membuka hingga 600 atau 700 toko.

Apa daya tarik dari bisnis Kopi Kenangan hingga bisa menarik banyak investasi dari investor?

Tentunya dari numbers kami, yang untuk saat ini saya tidak bisa bagikan. Namun kalau dilihat, kopi itu adalah minuman yang dikonsumsi setiap hari. Jadi daya tariknya adalah produk kami bukanlah produk yang hanya dicari setahun sekali, namun produk yang dapat dicari setiap hari.

Selain itu, para investor juga dapat melihat dari growth rate kami, yang terbukti dari jumlah toko yang kami telah buka. Dilihat juga dari potensi pasar di Indonesia, dari seluruh konsumsi kopi di Indonesia, hanya 7% dari konsumsi kopi berasal dari retail, sisanya masih dari kopi sachet. Jadi potensinya di pasar masih cukup besar.

Baca Juga :   Luminor Financial Holdings Suntik Pendanaan Pra-Series A ke Danai.id

Bagaimana kopi kenangan menjaga sustainability bisnis ke depan?

Kami akan terus fokus mengembangkan SDM kami, karena yang menjalani semua ini kan manusia. Jadi kedepannya kami akan berfokus pada investasi pada SDM, terutama di bagian manajemen tingkat atas karena semakin lama, operasi kita harus semakin ber-layered.

Leave a reply

Iconomics