Triwulan Pertama 2021, Konsumsi Rumah Tangga Masih Lesu
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan PDB masih mengalami kontraksi sebesar 0,74% pada triwulan pertama 2021. Konsumsi rumah tangga sebagai komponen terbesar PDB Indonesia masih mengalami kontraksi.
Dari sisi pengeluran, 88,9% PDB Indonesia terdiri atas konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 56,9% dan PMTB sebesar 32%.
“Jadi apa yang terjadi pada dua komponen ini akan mempunyai pengaruh yang sangat luar biasa pada pertumbuhan ekonomi,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, saat konferensi pers, Rabu (5/5).
Suhariyanto mengatakan selama triwulan pertama 2021, tiga komponen pengeluran tumbuh menggembirakan yaitu konsumsi pemerintah tumbuh 2,96%, ekspor tumbuh impresif 6,74% dan impor tumbuh 5,27%.
“Tantangan yang kita hadapi adalah konsumsi rumah tangga dimana masih mengalami kontraksi 2,23%. Semetara investasi masih kontraksi tetapi sudah mendekati titik nol karena kontraksinya sangat tipis 0,23%,” ujarnya.
Meski konsumsi rumah tangga masih mengalami kontraksi, menurut Suhariyanto, kontraksinya menunjukkan arah yang membaik bila dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada triwulan II, III, dan IV tahun 2020 lalu.
Dua komponen pada konsumsi rumah tangga yang mengalami pertumbuhan positif adalah perumahan & perlengkapan rumah tangga dan kesehatan & pendidikan. “Yang masih mengalami kontraksi cukup dalam adalah komponen transportasi dan komunikasi, satu lagi adalah restoran dan hotel,”ujarnya.
Sejumlah indikator yang mencerminkan kondisi konsumsi rumah tangga yang lesu diantaranya adalah penjualan eceran pada triwulan pertama yang terkontraksi sebesar 17,19%. “Ini terjadi untuk seluruh kelompok pejualan mulai dari makanan dan minuman, tembakau, sandang, suku cadang dan aksesoris,” ujarnya.
Penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor juga masih terkontraksi cukup dalam. Demikian jumlah penumpang angkutan rel, laut, udara juga terkontraksi dalam. Angkutan rel masih terkontraksi 58%, angkutan laut 38%, dan angkutan udara terkontraksi 65%. Tingkat penghunian kamar hotel juga masih terkontraksi 35,71%.
Nilai indeks keyakinan konsumen memang membaik dari bulan ke bulan, tetapi secara triwulanan masih berada di bawah 100 dan masih jauh dibandingkan triwulan pertama tahun 2020 yang pada waktu itu adalah sebesar 117,7. Belanja pegawai pemerintah juga masih terkontraksi 2,01%.
Tetapi volume penjualan listrik sudah mengalami penguatan dibandingkan triwualan pertama tahun 2020 yang lalu sehingga komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga masih tumbuh positif 1,27%.
“Jadi, berbagai indikator ini yang menyebabkan konsumsi rumah tangga pada triwulan kesatu masih terkontraksi 2,23%. Meskipun mengalami kontraksi menunjukkan arah perbaikan. Dan tentu kita berharap bahwa pandemi Covid bisa terkendali, pendapatan rumah tangga meningkat sehingga konsumsi rumah tangga yang merupakan satu komponen penting di dalam PDB dari segi pengeluran bisa mengalami perbaikan di triwulan mendatang,” ujar Suhariyanto.