Dirut Jasindo Ceritakan Penyebab RBC Jadi Minus dan PHK

0
836
Reporter: Maria Alexandra Fedho

Kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan Jasindo ramai dibicarakan. Direktur Utama Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Andy Samuel menerangkan perihal ini kepada Komisi VI DPR, belum lama ini saat Rapat Dengar Pendapat (RDP).

Total karyawan Jasindo mencapai 927 orang pada tahun 2021 dengan jumlah kantor cabang dan kantor perwakilan sejumlah 73 kantor. Namun, per Desember 2022, total karyawan menjadi 665 orang dengan total kantor cabang dan perwakilan menjadi 30 kantor.

Andy menjelaskan alasan dibalik pengurangan karyawan dan pengurangan kantor. “Karena kami harus melakukan transformasi, transformasi baik itu dari segi culture, termasuk juga transformasi bisnisnya itu sendiri dari mulai model bisnis dan proses bisnis. Kenapa saya sampaikan transformasi culture? Karena kami confirm bahwa salah satu penyebab utama kenapa Jasindo ini tidak sehat karena adanya satu produk yaitu produk asuransi kredit,” kata Dirut Jasindo dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI pada 9 Desember 2022.

Ia mengungkapkan produk asuransi kredit tersebut yang menjadi salah satu penyebab risk based capital (RBC) Jasindo tidak sehat. Produk asuransi kredit itu sudah ada dari tahun 2017- 2019, setiap tahunnya mendapatkan kurang lebih hampir Rp700-800 miliar. Dan, selama 3 tahun bisa mencapai Rp2,1 triliun. Namun produk ini memiliki jangka pertanggungan yang panjang mencapai 25 tahun.

Baca Juga :   KAI: Kuota Angkutan BBM Subsidi 2022 Masih Terpakai 54%

“Pada saat itu kami tidak secara proper melakukan pencadangan teknis sehingga atas performance dari 2017-2021 klaim dibagi dengan premi kami itu sudah lebih dari melewati 100% itu. Sudah tekor, tapi ini masih panjang karena polis kami terakhir selesai 2044, sehingga kami harus melakukan restrukturisasi,” kata Andy Samuel.

Terkait penutupan kantor-kantor di daerah, Andy menyebutkan bahwa semua kantor-kantor di luar kantor pusat yang awalnya memiliki otorisasi, maka semuanya ditarik kembali ke kantor pusat.

Leave a reply

Iconomics