Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Sebut Pemerintah Akan Terapkan Klasifikasi Produk Hemat Energi
Untuk mewujudkan komitmen Indonesia menurunkan tingkat emisi karbon di masa mendatang, pemerintah berencana menerapkan klasifikasi produk yang hemat energi. Klasifikasi produk dilakukan agar masyarakat memiliki pilihan dalam menggunakan produk yang lebih hemat energi dan ramah terhadap lingkungan.
Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Hendra Iswahyudi mengatakan, langkah tersebut diambil karena menghemat energi lebih mudah dilakukan daripada harus menyediakan energi.
“Dengan demikian, kita punya manajemen energi, bagaimana baik sektor industri, building, commercial, rumah tangga, dan transportasi ini selalu memanfaatkan energinya secara rasional dan bijak. Artinya disesuaikan kebutuhan,” kata Hendra dalam acara “Indonesia Energy Forum 2024” yang diselenggarakan The Iconomics di Royal Kuningan Hotel, Jakarta, Selasa (10/9).
Hendra mengatakan, pemerintah akan menerapkan scan minimum energy performance standard dan labeling untuk produk-produk yang beredar di Indonesia. Pemerintah akan memberikan klasifikasi produk dengan tanda bintang 5 untuk produk yang memiliki daya lebih hemat.
Semakin rendah bintang yang milik produk tersebut, kata Hendra, maka akan semakin boros listrik yang dihasilkan. Dengan adanya pemberian label pada produk, diharapkan masyarakat dapat memiliki pilihan untuk produk yang lebih hemat.
“Kalau mau dikalkulasi bisa, misalkan dengan merek tertentu selisihnya hanya Rp 100 ribu, tapi dihitung kWh dengan harga listrik saat ini, mereka akan lebih saving (hemat). Kalau mindset konsumen di Indonesia ini memahami, akhirnya produsen ini akan memproduksi lebih hemat, karena barang dagangan ini laku, karena orang cenderung memilih yang lebih hemat,” ujar Hendra.
Untuk mendorong penerapan itu, kata Hendra, pemerintah akan mengedukasi masyarakat, bahwa dengan memilih produk yang hemat energi, maka mereka mendapatkan keuntungan.
“Tapi seandainya masyarakat kita itu memilih yang murah, mungkin yang (klasifikasi) bintang 1 atau bintang 1, sehingga pasar ini bergeser ke peralatan yang murah, yang tidak efisien. Ini yang pelan-pelan musti kita dorong, karena di berbagai negara yang tetangga dekat kita Thailand itu bisa sukses, berawal dari edukasi ke masyarakat,” kata Hendra.
Masih kata Hendra, dengan pemberlakukan klasifikasi produk itu diharapkan dapat mengubah tren inovasi barang yang dihasilkan setiap produsen. Semakin banyak produsen yang beralih ke produk hemat energi, maka masyarakat akan memiliki produk yang ramah lingkungan dan hemat energi.
“Dengan demikian, dari tahun ke tahun, masyarakat semakin memahami untuk opsi memilih peralatan yang efisien. Jadi, mau tidak mau produsen akan mengikuti selera konsumen,” katanya.