Kompas Gramedia Group Siapkan 5 Langkah Ketika Hadapi Krisis, Apa Saja?
Kompas Gramedia Group atau KG sebagai perusahaan media massa memiliki strategi khusus dalam menangani setiap krisis. Apalagi krisis yang sering dihadapi KG berbanding lurus dengan banyaknya brand sehingga ada 5 langkah persiapan yang dilakukan perusahaan.
“Krisis yang tidak terkendali dan tidak diselesaikan secara sistematis akan menimbulkan persoalan baru. Padahal krisis adalah sebuah keniscayaan dalam organisasi. Dalam penanganan krisis kita harus menyelesaikan secara sistematis,” kata Corporate Communication Director Kompas Gramedia Glory Oyong dalam Public Affairs Forum Indonesia di JS Luwansa Hotel beberapa waktu lalu.
Glory menuturkan, persiapan pertama, organisasi perlu membentuk tim krisis yang terdiri atas ahli komunikasi (PR), legal, riset, media, dan divisi terkait. Kedua, membentuk riset dan fact finding untuk menyelidiki dan melakukan pemetaan.
Untuk menyusun strategi itu, kata Glory, metode yang digunakan melalui analisis strength, weakness, opportunity, threat (SWOT), dan strength, opportunity, aspiration, results (SOAR). “Petakan siapa saja yang terlibat, kelompok pendukung, potensi serangan, isu yang berkembang, pihak yang dirugikan, pihak yang diuntungkan, dan strategi komunikasi termasuk pesan positif yang akan digunakan,” ujar Glory.
Persiapan ketiga, kata Glory, dalam menangani krisis organisasi atau perusahaan perlu mencari dukungan berdasarkan data dan hasil analisis. Untuk memperoleh dukungan bisa melalui komunikasi lintas divisi, negosiasi dengan pihak yang terlibat untuk meminimalisir dampak krisis.
Dalam fase ini, kata Glory, dukungan pelanggan, karyawan, dan manajemen dinilai sangat dibutuhkan, untuk mengendalikan isu yang berkembang agar tidak semakin meluas. Keempat, organisasi perlu melakukan komunikasi publik dan pesan positif dengan memilih juru bicara yang tepat.
Glory menuturkan, pesan positif yang keluar dari juru bicara merupakan kunci untuk menghadapi hal-hal krusial dalam krisis komunikasi. Oleh karena itu, seorang juru bicara perlu memiliki keahlian berkomunikasi di depan publik, serta memiliki integritas dalam memahami situasi dan kondisi perusahaan. Seorang juru bicara juga harus memahami permasalahan yang dihadapi.
Kelima, Glory menjelaskan bahwa, krisis yang terjadi apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk menjadi kesempatan. Glory mengatakan, krisis komunikasi dalam organisasi dapat menjadi peluang yang menguntungkan seperti media coverage, popularitas, dan menaikkan reputasi.
“Dalam menghadapi krisis ketenangan dan langkah sistematis sangat diperlukan. Meski krisis telah selesai atau justru belum terjadi, PR strategis harus terus melakukan pemantauan. Upaya untuk melindungi brand dan reputasi perusahaan adalah pekerjaan berkesinambungan. Setelah krisis, PR harus bergerak cepat mengembalikan tone positif,” katanya.