Menko Airlangga: Pemerintah Jaga Kondisi Kurs Rupiah terhadap Dolar AS
Pemerintah mengaku berupaya menjaga kondisi ekonomi nasional terutama dalam merespon menguatnya kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah. Berdasarkan Google Finance US$ 1 kini berada di kisaran Rp 16.176 pada Selasa (16/4) atau naik 0,58% dibanding penutupan hari sebelumnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah tentu saja menjaga stabilitas pasar keuangan di Indonesia. Meski demikian, kondisi yang dialami Indonesia relatif lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang ada di Asia.
Kondisi tersebut, kata Airlangga, dipengaruhi fundamental ekonomi Indonesia yang cenderung lebih baik. “Kalau kita bandingkan dengan berbagai negara lain, relatif kita sedikit lebih baik dari Malaysia, Tiongkik. Yang lebih baik dari kita di antaranya Korea Selatan dan Thailand,” kata Airlangga dalam keterangan resminya di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/4).
Sebelumnya, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, fenomena tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS karena mekanisme transaksi yang terjadi di pasar luar negeri, seperti di pasar non deliverable forward (NDF) Singapura.
Di sisi lain, kata Myrdal, tren pelemahan rupiah karena posisi dolar AS sedang menguat secara global dan regional Asia. Hal itu tercermin dari posisi variabel indeks dolar (kode:DXY) yang posisinya terus menanjak.
“Penguatan indeks dolar DXY tersebut merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global, baik di pasar saham maupun obligasi,” kata Myrdal dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Khusus untuk pergerakan pada Selasa (16/4) ini, kata Myrdal, tren pergerakan penguatan dolar AS secara global karena investor global yang melakukan aksi outflow dengan profit taking di pasar obligasi domestik.
“Obligasi seri benchmark, seperti FR0100 maupun FR0101, beserta yang seri tenor pendek akan menjadi seri favorit yang akan dijual oleh investor global, baik dari sisi investor fund manager maupun dari pihak Central Bank negara lain yang menaruh uangnya di pasar obligasi Indonesia,” ujar Myrdal.