Mutu Akan IPO dengan Maksimal 30% dari Modal Penuh Perseroan

0
276
Reporter: Rommy Yudhistira

PT Mutuagung Lestari Tbk atau Mutu International (kode saham: MUTU) akan menawarkan 942.857.200 lembar saham dalam penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah itu maksimal 30% dari modal penuh Perseroan.

Presiden Direktur Mutu International Arifin Lambaga mengatakan, harga saham yang ditawarkan rentang Rp 105 hingga Rp 110 per saham. Dengan demikian Mutu diperkirakan menerima dana sebesar Rp 99 miliar hingga Rp 103,7 miliar.

Selain itu, kata Arifin, Perseroan juga menerbitkan 235.714.300 Waran Seri I senilai Rp 76,3 miliar dengan rasio 4 berbanding 1. Setiap pemegang 4 saham baru akan menerima 1 waran dengan harga pelaksanaan Rp 324 selama periode 9 Februari 2024 hingga 8 Agustus 2025.

“Sebanyak 66% dana hasil IPO akan digunakan sebagai belanja modal guna mengembangkan laboratorium existing dan baru yang nantinya menjadi kantor cabang setelah mendapatkan akreditasi,” kata Arifin dalam keterangan resminya di The Langham Hotel, Jakarta, Kamis (12/7).

Arifin melanjutkan, sebanyak 34% dana hasil penawaran saham ditambah seluruh hasil pelaksanaan waran, rencananya dialokasikan untuk keperluan belanja operasional. Tentu saja itu akan menunjang bisnis perusahaan, baik di pasar saat ini maupun yang baru, termasuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia sesuai dengan 3 fokus strategi yaitu green economy, sharia economy, dan digital economy.

Dalam IPO tersebut, kata Arifin, pihaknya menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Untuk prosesnya, penawaran saham Mutu International akan dilakukan pada 12 hingga 24 Juli 2023, sedangkan untuk proses pencatatan di BEI, diperkirakan pada 9 Agustus 2023.

Baca Juga :   Peroleh Pernyataan Efektif dari OJK, Bukalapak Gelar Penawaran Umum Hingga 30 Juli

“Kami melihat potensi yang baik untuk industri TIC baik di Indonesia maupun global. Nilai pasar TIC global tahun 2027 diperkirakan mencapai US$ 270 miliar atau sekitar Rp 4.000 triliun, sedangkan nilai pasar Indonesia saat ini baru mencapai Rp 20 triliun,” ujar Arifin.

Arifin optimistis, industri TIC akan terus tumbuh secara eksponensial di masa mendatang, seiring dengan adanya kebijakan hilirisasi industri yang dilakukan pemerintah. Di sektor sumber daya alam, Mutu berperan dalam memberikan pengujian, inspeksi, dan sertifikasi terhadap korporasi pengolahan kelapa sawit, kayu, pangan, dan lainnya. Sedangkan untuk sektor green economy, Mutu akan berfokus pada bursa karbon Indonesia yang baru akan diluncurkan September mendatang.

Sementara Direktur Mutu International Irham Budiman mengatakan, Perseroan berpeluang memanfaatkan perkembangan pasar karbon yang berpotensi besar. Apalagi nilai perdagangan karbon di masa yang akan datang diperkirakan berada di kisaran Rp 8.400 triliun.

Sektor karbon, kata Irham, akan terus dikembangkan Mutu, termasuk mempersiapkan skema untuk masuk ke dalam ekosistem yang ada. Green economy saat ini dinilai tidak hanya sebatas gas rumah kaca saja, tetapi juga terus berkembang hingga memasuki ekonomi sirkular seperti water footprint, plastik, dan lainnya.

Baca Juga :   Di Hari Anti Korupsi, Menteri BUMN Janji Terus Berantas Rasuah di Perusahaan Milik Negara

“Sebelum tren tersebut masuk ke Indonesia, Mutu sudah terlebih dahulu masuk ke sektor ini sejak tahun 2015. Kami sudah memiliki pengalaman yang cukup panjang terkait dengan karbon, di mana hingga saat ini Mutu International sudah banyak memfasilitasi skema yang memang dipersyaratkan negara-negara di Eropa, dan sudah menerbitkan ratusan sertifikat dengan skema International Sustainable Carbon Certification (ISCC),” kata Irham.

Dari sisi keuangan, kata Direktur Mutu International Sumarna, pihaknya berhasil mencatatkan pendapatan senilai Rp 281,82 miliar pada 2022. Apabila dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 226,41 miliar, pendapatan 2022 mengalami peningkatan sebesar 24,47%. Laba tahun berjalan Perseroan di tahun 2022 juga melonjak 90,38% menjadi Rp 36,78 miliar, dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 19,32 miliar.

Leave a reply

Iconomics