Rupiah Kian Kuat Seiring Optimisme Kesepakatan Damai AS-China

0
430
Reporter: Petrus Dabu

Rupiah terus unjuk kekuatan di hadapan Dollar AS.  Pada penutupan pasar sore ini, Selasa (14/1), mata uang RI ini ditutup menguat di level 13.678 dari penutupan sebelumnya di level 13.704.

Ibrahim Direktur PT.Garuda Berjangka mengatakan  aura damai dalam perseterauan dagang antara AS-China yang kian terasa menjadi faktor yang memantik optimisme pasar.

“China dan AS bersiap untuk menandatangani gencatan senjata dalam perselisihan tarif selama 18 bulan. Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan bahwa terjemahan bahasa Mandarin dari perjanjian itu hampir selesai dan akan dipublikasikan pada Rabu besok,” ujar Ibrahim, Rabu (14/1).

Sementara Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan kepada Fox News pada akhir pekan bahwa Beijing telah berjanji untuk membeli produk pertanian AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar setiap tahun dan total US$ 200 miliar barang AS selama dua tahun ke depan.

Dua hari sebelum penandatanganan kesepakatan, AS juga mencoret China dari daftar negara manipulator mata uang. Hal ini menurut Ibrahim mengurangi ketegangan antara kedua negara. Dari sisi China, negeri Tirai Bambu itu melaporkan bahwa ekspornya naik untuk pertama kalinya dalam lima bulan pada Desember, sementara impor juga melampaui ekspektasi.

Baca Juga :   Rupiah Menguat, Pelaku Pasar Apresiasi Kebijakan Pemerintah, BI dan OJK

Sentimen lain dari eksternal, lanjut Ibrahim adalah data ekonomi Inggris  yang lebih landai memperkuat ekspektasi untuk penurunan suku bunga Bank of England. Anggota kebijakan moneter Bank of England Gertjan Vlieghe Vlieghe mengatakan siap mendukung penurunan suku bunga jika pertumbuhan ekonomi gagal membaik.

Setelah data ekonomi global membaik pasca rencana penandatanganan perang dagang antara AS dan China serta Brexit yang berakhir dengan kesepakatan ditambah dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang stabil, menurut Ibrahim, Bank Indonesia tidak lagi melakukan intervensi, baik dengan cara menurunkan suku bunga atau transaksi di pasar valas maupun obligasi  di perdagangan DNDF. Tetapi BI terus melakukan pengawasan terhadap pasar dan akan kembali masuk ke pasar apabila ada gejolak secara mendadak.

Sentimen domestik yang mempengaruhi pergerakan Rupiah adalah kondisi neraca dagang Indonesia yang akan diumumkan pada Rabu (15/1) besok oleh BPS. Ibrahim memperkirakan kondisi neraca dagang Indonesia pada Desember 2019 diperkirakan masih defisit. Namun sepertinya defisit neraca perdagangan tidak akan separah bulan sebelumnya.

Baca Juga :   Analis: Walaupun Rupiah di Level 16.000-an, Fundamental Ekonomi Indonesia Masih Kuat

Konsensus pasar yang dihimpun para analis, menurut Ibrahim, memperkirakan ekspor masih akan mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 1,9% secara year-on-year (YoY). Sementara impor juga terkontraksi 4,4% YoY dan neraca perdagangan defisit US$ 456,5 juta.

“Kalau memang Neraca perdagangan sesuai dengan ekspektasi yang ada, maka mata uang garuda akan kembali menguat dalam perdagangan besok,” ujar Ibrahim.

 

Leave a reply

Iconomics