OJK, BI, dan Kemenkeu Ajak CEO dan Aktor Bisnis Optimistis

Ilustrasi: Orang sedans mengamati pergerakan indeks
Indonesia masih mampu mencatat arus modal masuk yang positif baik di pasar saham maupun obligasi. Begitu pula pengelolaan fiskal dan moneter yang baikmembuat Indonesia alami kenaikan peringkat utang (rating) menjadi BBB dari BBB- berdasarkan evaluasi S&P Global Ratings pada Mei 2019 lalu. Sebaliknyabeberapa negara lain seperti Brazil, Turki dan Meksiko mengalami penurunan rating.
Dalam sambutan pembukaan “CEO Networking 2019”, Kepala Eksekutif Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengatakan pertumbuhan ekonomi yang stabil turut memberikan manfaat positif terhadap aktivitas investasi di pasar modal Indonesia, tercermin dari pengggalangan dana yang meningkat, jumlah perusahaan yang go public, pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana dan peningkatan jumlah investor.
“Terjaganya stabilitas sistem keuangan ini tentunya merupakan buah dari kerjasama dan sinergi yang erat antara otoritas fiskal, moneter, dan otoritas industri jasa keuangan serta seluruh pelaku ekonomi Indonesia,” kata Hoesen dalam siaran pers.
Ketua Dewan Komisioner OJK,Wimboh Santoso dalam diskusi menyampaikan bahwa kondisi stabilitas sektor jasa keuangan hingga pekan keempat Oktober dalam kondisi terjaga di tengah perlambatan pertumbuhan perekonomian global. Intermediasi sektor jasa keuangan tercatat membukukan perkembangan yang stabil dengan profil risiko yang terkendali.
OJK menyebutkan data September menunjukkan CAR perbankan sebesar 23,38%, Risk Based Capital (RBC) asuransi jiwa 667,47%, RBC asuransi umum sebesar 321,4% dengan gearing ratio perusahaan pembiayaan 2,72 kali. Risiko kredit dan pembiayaan juga terjaga dengan NPL gross 2,66% dan NPL nett 1,15%. NPF gross 2,66% dan NPF nett 0,55%.
Kredit perbankan sampai September mencapai Rp5.524,19 triliun atau tumbuh 7,89%(yoy), antara lain ditopang kredit infrastruktur Rp777,89 triliun (16,67%/yoy), kredit pariwisata Rp131,56 triliun (7,35%/yoy), kredit pengolahan Rp917,46 triliun (5,54%/yoy), kredit perikanan kelautan Rp93,22 triliun (0,07%/yoy) dan kredit perumahan Rp512,8 triliun (9,99%/yoy).
Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan mencapai Rp5.891,92 triliun atau tumbuh 7,4% (yoy). Penghimpunan dana di Pasar Modal mencapai Rp140,3 triliun dengan jumlah IPO sebanyak 40 perusahaan.
“Dinamika perekonomian global pasti berdampak ke Indonesia termasuk sektor jasa keuangan dan sektor riil. Untuk itu diperlukan sinergi yang kuat dalam membangun sektor prioritas pemerintah. Sektor jasa keuangan juga masih memiliki ruang permodalan untuk mendorong perekonomian nasional,” kata Wimboh.
Menurutnya diperlukan strategi dalam menguatkan stabilitas sektor jasa keuangan di tengah pelemahan ekonomi global antara lain dengan meningkatkan permodalan, likuiditas, dan Cadangan Kerugian Penilaian Nilai (CKPN), kemudian membangun kepercayaan pasar, mendorong mesin baru penggerak sektor riil dan mengembangkan sektor berefek bergulir seperti pariwisata, industri ekspor dan subsititusi impor.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa meski pelambatan ekonomi global akan mempengaruhi perekonomian nasional, Indonesia diyakini bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5%.
“Indonesia memiliki perumbuhan 5% selama 10 tahun ini. Meski di luar global environment (terjadi pelambatan) Indonesia bisa menjaga pertumbuhan di atas 5 %. Indonesia memiliki kemampuan menjaga karena ekonomi cukup besar. Size market–nya mampu menjadi insurance untuk menopang ketidakpastian global environment. Ini merupakan potensi yang besar,” kata Menkeu.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah akan menjaga ekonomi Indonesia yang harus dapat diimbangi optimisme dari CEO dan aktor ekonomi industri nasional. Pemerintah sadar dinamika kondisi tidak tidak terlalu positif, namun di dalam negeri punya optimisme tinggi. Pemerintah akan menciptakan dampak kebijakan yang kongkrit dengan bekerja sama antar menteri dan daerah. Optimisme dapat ditularkan ke dunia usaha. Pemerintah akan fokus kepada delivery seperti yang dikatakan oleh presiden.
Sedangkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa BI optimistis pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,1 % tahun ini, dengan nilai tukar rupiah stabil di kisaran Rp14 ribu per dolar AS. Bank Indonesia, OJK dan Kemenkeu akan terus menjaga stabilitas ekonomi tetap terjaga.
BI sudah mengeluarkan berbagai bauran kebijakan yang diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi seperti penurunan suku bunga dari 6% ke 5% serta kebijakan uang muka untuk produk otomotif.
“Likuiditas perbankan lebih dari cukup untuk financing. Makro prudensial tahun lalu sudah dikendorkan, kebijakan uang muka lebih tinggi untuk produk otomotif. Kebijakan moneter, nilai tukar, pendalaman pasar keuangan dengan semua policy ini diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terjaga,” katanya.
Leave a reply
