Asaki Sambut Baik Perpanjangan Kebijakan Harga Gas Murah untuk Sektor Industri
Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) menyambut baik perpanjangan kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT) atau gas murah untuk sektor industri. Adapun harga gas yang ditetapkan dalam HGBT sebesar US$ 6 per million British thermal unit (MMBtu) bagi 7 sektor industri.
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan, kebijakan perpanjangan HGBT akan memberikan dampak positif bagi sektor industri dan menarik investasi baru yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. “Asaki sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Bapak Presiden Jokowi yang telah memperpanjang kebijakan HGBT untuk industri keramik, ini tentunya sebuah katalis positif dan sebuah penantian yg telah lama ditunggu2 oleh industri keramik,” kata Edy dalam keterangannya pada Selasa (9/7).
Kemampuan daya saing industri keramik, kata Edy, sangat tergantung dengan kebijakan HGBT. Di sisi lain, energi gas berkontribusi hampir 30% dari biaya produksi keramik.
“Sudah sangat tepat kebijakan yang diambil Pemerintah karena HGBT harus dilihat sebagai economic driver bukan sebagai beban atau penerimaan negara bukan pajak yang berkurang,” ujar Edy.
Masih kata Edy, Asaki berharap perpanjangan kebijakan HGBT dapat dijalankan sepenuhnya di lapangan, karena pada kenyataannya HGBT yang ada saat ini mengalami kenaikan sebesar US$ 6,5 per MMBtu untuk batas pemakaian maksimal 60% dari alokasi volume gas.
“Semoga Kebijakan Perpanjangan HGBT US$6 per MMBtu dipatuhi PGN dan tidak diberlakukan lagi AGIT(Alokasi Gas Industri Tertentu)” ujar Edy.
Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk melanjutkan kebijakan HGBT atau harga gas murah sebesar US$ 6 per MMBtu. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, terdapat 7 kelompok industri yang dapat merasakan kebijakan itu yakni industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet.
Selain itu, kata Airlangga, pemerintah sedang mengkaji usulan perluasan kebijakan HGBT bagi sektor industri lainnya. “Itu akan dikaji satu per satu industri. Sekarang masih 7,” ujar Airlangga.