Bank Mandiri dan BRI Perkirakan Likuiditas Perbankan Masih Ketat pada Semester Pertama 2024

Ilustrasi Bank Mandiri/Foto; Dok.Bank Mandiri
Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri, dua bank besar di Indonesia, memperkirakan likuiditas perbankan masih ketat pada semester pertama tahun 2024 ini, melanjutkan tren yang sama pada tahun lalu.
Namun, pada paruh kedua tahun ini, seiring dengan penurunan suku bunga acuan, likuiditas perbankan mulai melonggar.
Sigit Prastowo, Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri mengatakan tahun 2023 lalu, kondisi likuiditas perbankan cukup ketat tercermin dari dana pihak ketiga (DPK) di industri perbankan yang hanya tumbuh 3,8% year on year (yoy), sementara di saat yang sama kredit tumbuh 10,38% yoy.
Kondisi ini menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan nasional pun naik dari 78,8% pada 2022 menjadi 84,8% pada akhir tahun 2023.
Akibatnya, tambah Sigit, biaya dana atau cost of fund perbankan pun naik 73 basis poin menjadi 2,43%.
“Kami melihat bahwa tren kenaikan cost of fund ini masih terus berlanjut atau at least akan bertahan hingga Semester I 2024. Dan, kita proyeksikan mulai Semester II 2024 akan mulai mengalami perbaikan, ini seiring dengan proyeksi penurunan suku bunga acuan,” ujar Sigit beberapa waktu lalu.
Mempertimbangkan kondisi ini, tambah Sigit, Bank Mandiri akan menjaga Net Interest Margin (NIM) di level yang stabil dengan menjaga cost of fund tetap rendah melalui optimalisasi platform digital, untuk mendorong pertumbhan transaksi Current Account Saving Account (CASA) atau dana murah.
Bank Mandiri mematok target pertumbuhan kredit tahun 2024 ini di kisaran 13% hingga 15% year on year (yoy). Kemudian, net intereset margin di kisaran 5,3% hingga 5,5% dan cost of credit pada kisaran 1% hingga 1,2%.
“Terkait dengan pricing di sisi kredit maupun DPK selain mengacu atau mempertimbangkan suku bunga acuan, kami juga mempertimbangkan beberapa aspek, antara lain adalah kompetisi di pasar, tingkat likuiditas dan juga tingkat permintaan,”ujar Sigit.
Sigit menambahkan, meskipun suku bunga merupakan faktor penting, tetapi Bank Mandiri menilai bahwa suku bunga bukanlah satu-satunya faktor yang menjadi pertimbangan bagi nasabah di dalam memilih produk perbankan.
“Bank Mandiri selalu menempatkan kualitas layanan, kecepatan proses dan juga keamanan data nasabah sebagai prioritas utama di dalam menyediakan layanan agar menjadi partner finansial pilihan dari nasabah kami,” ujarnya.
Pada kesempatan lain, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan di tengah ketatnya likuiditas perbankan pada tahun lalu, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai, di mana tercatat LDR BRI pada akhir Desember 2023 sebesar 84,2%. Selain itu, BRI juga mampu menjaga rasio kecukupan modal (CAR) di level memadai sebesar 27,3%.
“Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, perseroan masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik pada tahun ini,” ujar Sunarso.
Dalam kondisi apapun, lanjutnya, BRI menerapkan secara konsisten strategi just right liquidity. “Artinya, kami tidak menumpuk likuiditas yang berlebihan, tetapi juga tidak membiarkan kita kekurangan likuiditas, supaya BRI tetap bisa terus tumbuh secara optimal,” tambahnya.
Kendati demikian, Sunarso juga mengatakan bahwa untuk Kuartal I-2024 pihaknya meyakini bahwa likuiditas masih memiliki challenging, terutama dengan suku bunga acuan yang berada di level 6%.
“Harapan kami, nanti setelah lewat satu semester, semoga bisa memasuki era suku bunga rendah atau normal kembali. Oleh karena itu, BRI terus membuka ruang untuk penyesuaian suku bunga, baik pinjaman maupun simpanan. Tentunya mempertimbangkan banyak faktor seperti biaya dana, persaingan, serta kondisi perekonomian,” paparnya.
Meskipun terdapat tantangan berupa ketatnya likuiditas, BRI tetap menargetkan pertumbuhan kredit yang agresif di tahun 2024. “Kalau sekarang BRI tumbuh kreditnya 11,2%, kemudian BRI ingin tetap tumbuh agresif di 2024 yakni 11-12%, ” ujarnya.
Leave a reply
