BPS: Inflasi April 2020 Sebesar 0,08% adalah Pola Tidak Normal
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan indeks harga konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,08% pada April 2020 secara bulanan (mtm). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 0,10%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, tingkat inflasi tersebut tidak biasa jika dibandingkan dengan pola tahun-tahun sebelumnya. Memasuki bulan Ramadhan yang jatuh pada bulan Mei tahun lalu, inflasi mengalami peningkatan sebesar 0,68%. Namun, memasuki Ramadhan tahun ini, inflasi justru mengalami perlambatan dari 0,10% di Maret menjadi 0,08% pada April 2020.
Secara tahunan (yoy) pun, kataSuhariyanto, terlihat adanya perlambatan inflasi. Di mana pada bulan Maret 2020 inflasi tercatat sebesar 2,96% yoy sedangkan untuk bulan April 2020 inflasi hanya sebesar 2,67% yoy.
“Biasanya kalau Ramadhan selalu ada kenaikan inflasi. Karena permintaan masyarakat akan jasa dan barang meningkat, namun karena tahun ini situasi tidak biasa akibat Covid-19, pola inflasinya berubah,” kata Kepala BPS Suhariyanto melalui telekonferensi pers secara virtual, Senin (4/5).
Jika melihat tingkat inflasi berdasarkan kelompok pengeluarannya, Suhariyanto mencatat ada 9 kelompok pengeluaran yang berkontribusi terbesar terhadap inflasi. Itu berasal dari kelompok barang perawatan pribadi dan jasa lainnya yang naik 1,2% mtm, 6,49% yoy dan dengan andil terhadap inflasi bulan April 2020 sekitar 0,07%.
Namun pada bulan April ini, terdapat dua kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yakni transportasi sebesar 0,42% mtm dan 1,78% yoy serta informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,34% mtm dan 0,37% yoy. Dengan andil terhadap deflasi masing-masing sebesar 0,05% dan 0,02%.
Adapun deflasi di kelompok transportasi pada bulan April menurut Suhariyanto berdasarkan menurunnya tarif angkatan udara yang memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,05%.
“(Deflasi tarif angkutan udara) terjadi karena adanya PSBB dan larangan mudik sehingga permintaan kepada jasa angkutan udara mengalami penurunan. Misalnya penurunan tertinggi terjadi di manado sebesar 25%,” katanya.
Sedangkan untuk kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan, diatribusikan kepada penurunan biaya pulsa ponsel yang memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,02%.
Dari jenis komoditas, Suhariyanto menuturkan, beberapa komoditas yang berandil terhadap inflasi pada bulan April yaitu bawang merah (0,08%), gula pasir (0,02%) serta beras, daging sapi, pepaya, minyak goreng, rokok kretek filter dan rokok putih masing-masing berandil terhadap inflasi sebesar 0,01%.
“Sementara kenaikan harga emas perhiasan memberikan andil kepada inflasi sebesar 0,06%. Kita tahu harga emas mengalami kenaikan dan terjadi kenaikan harga emas di beberapa daerah, misalnya di Semarang harganya naik 16%,” katanya.