Dalam Menjalankan Program CSR, Perusahaan Diminta Perhatikan 3 Pilar Ini, Apa Saja?
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong setiap perusahaan untuk menjalankan program corporate social responsibility (CSR) yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan hidup. Dalam menjalankan CSR, setiap perusahaan diminta membuat program yang dapat memberikan keuntungan ekonomi dan keselarasan sosial atau lingkungan.
Karena itu, kata Kepala Pusat Kebijakan Strategis KLHK Muh. Ahdiyar Syahrony, setiap perusahaan dalam menerapkan CSR perlu memperhatikan 3 pilar dasar meliputi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketiga pilar itu dinilai sebagai kerangka konseptual yang berkaitan dengan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan.
“Jadi harapannya adalah di sini ada 3 konsep, konsep sustainability, konsep konservasi, konsep dalam pembangunan ekonomi nasional, apa yang dilihat di sini, terkait dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan,” kata Ahdiyar dalam The Iconomics Indonesia CSR Summit 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, beberapa waktu yang lalu.
Isu lingkungan hidup, kata Ahdiyar, menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan dan dalam melaksanakan CSR, tidak lagi mempertimbangkan perlu atau tidaknya melakukan hal tersebut. “Mengapa isu lingkungan hidup ini penting, karena semua pihak, semua pemangku kepentingan itu tidak boleh ada yang ketinggalan. Tidak ada yang tertinggal termasuk dunia usaha, laki-laki dan perempuan, dan tiga pilar tadi,” ujar Ahdiyar.
Ketika melaksanakan CSR, lanjut Ahdiyar, KLHK berharap program yang dijalankan akan membawa manfaat tidak hanya dari sisi lingkungan hidup, tetapi juga membawa dampak positif untuk pembangunan ekonomi hijau di Indonesia. Karena itu, perusahaan penting untuk tetap menjalankan prinsip 3 pilar untuk inovasi CSR.
“Ketiga hal itu tidak kemudian menjadi hilang. Keanekaragaman hayati, misalnya tidak terjadi kepunahan spesies atau tidak muncul invasi alien spesies. Invasi alien spesies misalnya kalau kasus di Danau Toba itu ada ikan merah, kemudian memakan ikan-ikan yang ada di Danau Toba,” ujar Ahdiyar.
Masih kata Ahdiyar, isu lingkungan hidup yang menjadi inti pelaksanaan CSR turut menjadi sorotan dalam berbagai survei yang berkaitan dengan ekonomi. Bahkan, isu lingkungan hidup masuk dalam 5 besar risiko yang dihadapi dunia saat ini.
Karena itu, kata Ahdiyar, setiap perusahaan perlu mengambil langkah antisipasi dan mitigasi dalam menjawab tantangan isu global itu. “Cuaca ekstrem, kegagalan aksi iklim, bencana alam, lalu bencana lingkungan, itu selalu muncul. Ini juga termasuk tidak hanya risiko sosial, saya pikir ini risiko bisnis yang mesti diantisipasi. Maka hal-hal ini harus bisa dimitigasi dengan baik,” katanya.