Tips Mengamankan Keuangan Keluarga untuk Para Pahlawan Keluarga

0
23

Faculty Head Sequis Quality Empowerment, STAE, Yan Ardhianto Handoyo, AWP®, RFP® mendorong masyarakat Indonesia yang sudah memiliki penghasilan agar memiliki misi menjadi pahlawan finansial bagi keluarganya. Pasalnya, jika keuangan keluarga terjaga dalam jangka panjang akan mudah menyiapkan masa depan anak dan kelak dapat pensiun tanpa menjadi beban bagi anak cucu.

“Dengan mulai memiliki misi menjadi pahlawan finansial akan membuat Anda  berupaya mencari cara bagaimana cara meningkatkan nilai tabungan dan memperbesar aset secara tepat. Bahkan, Anda akan berupaya meningkatkan literasi asuransi agar dapat menggunakan manfaat asuransi pada masa mendatang jika dibutuhkan,” kata Yan dalam keterangannya.

Menurutnya, ada sejumlah tips menjadi pahlawan bagi keluarga.

Pertama, persiapkan dana pendidikan sejak dini. Yan merekomendasikan untuk menempatkan dana pendidikan di instrumen yang aman seperti asuransi pendidikan karena jika hanya mengandalkan tabungan saja, saldo tidak akan cukup untuk kebutuhan biaya pendidikan karena biaya pendidikan cenderung mengalami kenaikan dan tabungan bisa habis bila sewaktu-waktu digunakan untuk kondisi darurat.

Baca Juga :   Luncurkan Layanan APERD, Bukalapak Lewat BIB Targetkan 500 Ribu Investor di 2021

Menyiapkan dana pendidikan dengan asuransi pendidikan akan membantu orang tua merencanakan biaya pendidikan anak karena  tidak seperti tabungan biasa, dana tidak bisa ditarik setiap saat,  untuk memastikan target dana pendidikan bisa tercapai.

Selain itu, terdapat manfaat perlindungan jiwa bagi orang tua sebagai Tertanggung sehingga bila terjadi risiko meninggal dunia selama masa pertanggungan asuransi, anak tetap dapat melanjutkan jenjang pendidikan.

Kedua, prioritaskan perlindungan dengan asuransi jiwa dan kesehatan. Asuransi jiwa dan asuransi kesehatan berperan penting dalam perencanaan keuangan karena berfungsi melindungi aset keluarga dari kebangkrutan dan kemiskinan saat terjadi risiko kehidupan yang datang mendadak, seperti sakit yang butuh biaya perawatan medis atau pencari nafkah meninggal dunia yang menyebabkan hilangnya penghasilan keluarga.

Ketiga, kelola utang dengan bijak. Kemampuan mengelola utang dapat membantu menjaga kestabilan keuangan keluarga. Yan menyarankan untuk membatasi utang konsumtif hingga maksimal 15% dari total penghasilan. Bahkan, jika dapat lebih diminimalkan akan lebih baik.

Salah satu cara menghindari utang adalah membatasi belanja barang-barang yang masih bisa ditunda pembeliannya atau tidak perlu dibeli. Selain itu, sebaiknya jika memiliki dana tambahan, seperti bonus atau tunjangan, dapat dimanfaatkan untuk melunasi utang karena dalam utang selain kewajiban membayar pokok pinjaman juga terdapat bunga. Bila  telat melunasi utang maka jumlah yang dibayarkan akan jauh lebih tinggi.

Baca Juga :   Startup GajiGesa Kumpulkan Investasi dengan Kelebihan Permintaan Senilai US$ 6,6 Juta

“Mereka yang memiliki kewajiban utang yang dibayar tepat waktu dan yang nilai utang konsumtifnya kecil atau bahkan tidak memiliki utang maka keuangan keluarganya lebih kuat dan  lebih fleksibel pada berbagai pilihan untuk persiapan masa depan,” kata Yan.

Keempat, bangun komunikasi keuangan dalam keluarga. Hal penting yang tidak boleh diabaikan adalah melibatkan seluruh anggota keluarga dalam perencanaan keuangan. Diskusikan tujuan keuangan keluarga, cara mencapainya, dan termasuk jika ada rencana pembelian aset, investasi, dan pengajuan pinjaman. Dengan demikian, setiap anggota keluarga dapat berperan aktif menjaga kesehatan keuangan bersama.

“Mengomunikasikan keuangan perlu dilakukan dengan baik demi mencegah konflik dan salah pengertian. Selain itu, dengan terbuka soal perencanaan keuangan kepada anggota keluarga maka akan membantu mendorong mereka berkeinginan ikut serta meningkatkan aset keluarga serta menjaganya dan berlatih meminimalkan gaya hidup konsumtif. Dengan demikian Anda berhasil menjadi pahlawan bagi keuangan keluarga,” kata Yan.

Leave a reply

Iconomics