Insan Public Affairs Harus Tahu Strategi untuk Petakan Stakeholders

0
24
Reporter: Rommy Yudhistira

Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) berbagi strategi dalam rangka mengelola pemangku kepentingan suatu perusahaan. Seorang public affairs disebut harus mengetahui strategi dalam memetakan pemangku kepentingan.

Ketua Umum PAFI Agung Laksamana mengatakan, insan public affairs tidak sekadar mengurus izin dan memberi solusi ketika perusahaan bermasalah. Public affairs harus pula mengetahui yang ingin dikerjakan, langkah selanjutnya, dan mampu menjalin, serta menjaga hubungan baik dengan para stakeholders.

“Jadi bagaimana membuat orang lain, stakeholders tersebut, bupati kita di Papua, gubernur kita di Papua Tengah bisa mengatakan bahwa perusahaan yang harus menjadi indikator sukses misalnya itu adalah Freeport atau Loreal, or anything. Jadi itu yang harus kita cari siapa stakeholders tersebut,” kata Agung dalam acara PAFI Leadership Series 4 di Fraser Place Setiabudi, Jakarta, Kamis (2/5).

Untuk mengetahui strategi dalam mengelola stakeholders, kata Agung, pihaknya, misalnya, sering mengucapkan selamat ulang tahun kepada orang yang menjadi relasinya. Strategi demikian dinilai bisa berdampak positif terhadap jaringan-jaringan yang hendak atau sudah dibangun sebelumnya.

Baca Juga :   Waskita Gunakan Saluran Digital Kampanyekan Protokol Kesehatan dan Vaksinasi

“Apa yang kita lakukan public affairs harus berbasis ke bisnis impact. Nah ini perjalanannya ini yang harus kita coba,” ujar Agung lagi.

Selain memetakan stakeholders, kata Agung, praktisi public affairs pun perlu mengetahui apa yang diinginkan pemimpin perusahaan. Tujuannya agar yang dilakukan bisa sejalan dengan visi-misi perusahaan, dan berdampak positif bagi kinerja perusahaan.

Agung lantas mencontohkan, sebagai EVP Government Relations, External Affairs & Corpcomms PT Freeport Indonesia, pihaknya melakukan suatu perubahan terhadap citra perusahaan di mata masyarakat. Dahulu, tidak sedikit masyarakat yang ragu-ragu apabila mendapat tawaran bekerja di wilayah Papua.

Namun, saat ini kondisi tersebut telah berubah, seiring dengan strategi perubahan persepsi publik yang dilakukan insan public affairs di Freeport. Sejak saham Freeport dibeli pemerintah, kata Agung, banyak putra-putri bangsa yang ingin bekerja di Freeport dan tampak dari antusias pelamar kerja yang mengalami kenaikan secara signifikan, setiap Freeport membuka lowongan kerja.

“Misalnya begini kita bikin kemarin fresh graduate program, terima yang S1. Kita cuma perlu 50 orang, blasting di sosial media, yang ngelamar itu 120 ribu orang. Dan ada yang menarik juga ibu-ibunya sekarang oke kalau anaknya kerja di Papua,” ujar Agung.

Baca Juga :   Komisi XI DPR Dukung BRI Jalankan Ekspansi Kredit pada 2023

Masih kata Agung, kepercayaan dan pembangunan reputasi menjadi kunci untuk mengubah citra perusahaan di mata publik. Tanpa keduanya, perusahaan akan kesulitan untuk membangun persepsi positif di masyarakat.

“Ternyata persepsi itu gimana mengubah dari positioning yang kita bangun. Ujung-ujungnya dari semua kegiatan kita kegiatan operasional perusahaan tidak terganggu,” katanya.

Leave a reply

Iconomics