BPS: Impor Turun 22,32% di April 2023
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penurunan impor di bulan April 2023 sebesar 25,45% secara month to month. Nilai tersebut turun menjadi sebesar US$15,35 miliar dari bulan Maret 2023 yang sebesar US$20,59 miliar. Adapun secara tahunan, nilai impor juga mengalami penurunan sebesar 22,32% dari yang sebelumnya sebesar US$19,76 miliar.
Deputi Bidang Meteorologi dan Informasi Statistik BPS, Imam Machdi mengatakan bahwa pada April 2023 ini nilai impor mengalami penurunan untuk seluruh jenis penggunaan secara month to month maupun tahunan.
Pada impor barang konsumsi turun sebesar 20,63%, bahan baku atau penolong sebesar 23,26%, dan barang modal alami penurunan terdalam yaitu 36,66%.
“Impor untuk barang modal ini mengalami penurunan terdalam yaitu sebesar 36,66% disebabkan oleh beberapa komoditas antara lain mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya, serta kendaraan dan bagiannya,” kata Imam dalam rilis ekspor impor BPS pada Senin (15/05/2023).
Adapun jika secara tahunan, bahan baku atau penolong mengalami penurunan terdalam sebesar 25,33%, konsumsi 17,68%, dan barang modal sebesar 6,95%.
Berdasarkan negara asal barang dengan penurunan terdalam nonmigas berasal dari negara Tiongkok, Thailand, dan Jepang. Dengan peningkatan terbesar pada negara Brasil, Pantai Gading, dan Selandia Baru.
“Brasil ini meningkat senilai US$20,9 juta atau meningkat sebesar 7,55% yaitu dengan peningkatan terbesar pada komoditas ampas dan sisa industri makanan, kemudian pulp dari kayu, dan juga berbagai makanan olahan,” jelas Imam.
Secara kumulatif dari Januari sampai dengan April 2023, total impor Indonesia mencapai US$70,30 miliar menurun sebesar 8,19% year on year dari yang sebelumnya sebesar US$76,57 miliar. Pada impor nonmigas pun mengalami penurunan sebesar 7,98%.
“Impor nonmigas ini mencapai US$59,02 miliar menurun sebesar 7,98% dan kita lihat bahwa share impor nonmigas terbesar pada periode Januari-April 2023 itu adalah komoditas yang pertama mesin, peralatan mekanis dan bagiannya dengan nilai US$ 9,43 miliar dan memberikan share sebesar 15,98%. Kemudian yang kedua, mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya dengan nilai US$8,62 miliar memberikan share 14,60%,” lengkapnya.