
Kenaikan Harga dan Pelemahan Daya Beli “Membakar” Kinerja Gudang Garam Selama Semester I 2024

Manajemen PT Gudang Garam Tbk memaparkan kinerja Perusahaan sepanjang semester I 2024 dalam Public Expose Live 2024, Kamis (29/8).
Penjualan dan laba emiten rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengalami penurunan selama semester I 2024, sejalan dengan kondisi industri rokok secara keseluruhan.
Kenaikan harga rokok pada Maret dan Mei karena adanya kenaikan tarif cukai serta melemahnya daya beli masyarakat – terutama kelas menengah ke bawah – menjadi pukulan ganda yang ‘membakar’ kinerja perusahaan rokok, termasuk Gudang Garam.
Heru Budiman, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Gudang Garam mengatakan, secara industri, volume penjualan rokok pada semester I 2024 turun 7,2% dari 114,4 miliar batang pada Januari-Juni 2023 menjadi 106,1 miliar batang pada Januar-Juni 2024.
Sementara volume penjualan rokok Gudang Garam pada periode yang sama sebanyak 27,8 miliar batang, turun 14,4% dari 32,5 miliar batang.
Penurunan volume penjualan Gudang Garam terjadi pada Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebesar 17,19% dari 28,5 miliar batang pada semester I 2023 menjadi 23,6 miliar batang pada semester I 2024.
Sementara penjualan Sigaret Kretek Mesin (SKM) masih naik sebesar 7,5% dari 4 miliar batang menjadi 4,3 miliar batang.
Budiman mengatakan, penurunan volume penjualan rokok ini, baik secara industri maupun untuk Gudang Garam, terjadi karena kenaikan harga jual rokok yang dilakukan sejak 2020, akibat kenaikan harga cukai. Di sisi lain daya beli masyarakat juga menurun, terutama kelas menengah ke bawah.
Tahun 2024 ini, tarif cukai rokok SKM naik 11,5% dan SKT sebesar 6%, yang kemudian diikuti Gudang Garam dengan meniakkan harga jual rokok pada Maret dan Mei 2024.
Akibat turunnya volume penjualan, pendapatan Gudang Garam pada periode Januari-Juni 2024 juga mengalami penurunan sebesar 10,4% dari Rp50,8 triliun menjadi Rp50,01 triliun.
“Penurunan ini terdorong oleh adanya penurunan volume penjualan yang terjadi karena adanya kenaikan harga pada paruh pertama 2024 yang dilakukan pada Maret dan Mei,” ujar Budiman dalam dalam Public Expose Live 2024, Kamis (29/8).
Biaya pokok pendapatan Gudang Garam turun 6,2% pada semester I 2024, dari Rp47,91 triliun menjadi Rp44,95 triliun akibat penurunan volume penjualan dan kenaikan biaya cukai sebesar 3,1%.
Sebanyak Rp38,17 triliun biaya pokok pendapatan merupakan biaya Cukai, PPN dan Pajak Rokok yang dibayarkan Gudang Garam ke negara. Akibat kenaikan cukai, porsi kewajiban ke negara ini meningkat dari 77,3% pada semester I 2023 menjadi 84,9% pada semester I 2024.
Pada akhirnya, pada semester I 2024, Gudang Garam membukukan laba sebesar Rp926 miliar, menurun 71,9% dari Rp3,28 triliun pada periode yang sama tahun lalu.