55% – 38% – 7%

Oleh: Agung Laksamana. Penulis adalah Ketua Umum Public Affairs Forum Indonesia dan Dewan Kehormatan Perhumas
0
526

Baiklah! Sebelum saya jelaskan arti angka persentase pada judul artikel ini, izinkan saya membahas relevansi sebuah hasil survei independen tentang ekspektasi publik serta pemilu dari Praxis baru-baru ini.

Ada beberapa temuan menarik dalam survei ini. Terutama tentang hal yang tunjukkan bahwa lebih dari sepertiga atau kurang lebih 40% responden ragu pemilu dapat berdampak nyata terhadap perekonomian masyarakat. Namun secara optimistisnya, responden setuju 56% akan menggunakan hak pilihnya sehingga tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Artinya para pemilih siap gunakan hak- hak mereka.

Dengan demikian, ini menjadi peluang, baik bagi pemerintah dan juga para calon untuk meyakinkan mereka aktif ambil hak pilihnya

Nah, sewaktu ditanya mekanisme platform terbaik apa yang mampu memberikan perubahan itu?  Survei ini menunjukkan lebih memilih debat terbuka (62,64%) menjadi pilihan terbesar.

Adalah wajar, jika pemilih ingin mendengarkan secara langsung, agenda dan program kerja baik ekonomi, sosial, budaya, politik keamanan atas para calon-calon mereka. Esensinya kita pemilih tidak ingin beli kucing dalam karung bukan?

Debat terbuka menjadi signifikan untuk melihat profil, cara berpikir, kemampuan orasi, serta artikulasi dalam mengetengahkan program mereka. Terlepas dari jargon slogan serta janji-janji kampanye, para calon harus antisipasi hal efektivitas komunikasi dalam debat terbuka nanti.

Baca Juga :   TKN: Prabowo Siap Hadapi Debat Ketiga dan Fokus Sampaikan Gagasan

Mengapa debat terbuka menarik dari perspektif komunikasi kontestasi politik? Mari kita melihat sejarah sejenak.

 

Kennedy Vs Nixon

Dalam pemilu di Amerika Serikat tahun 1960 silam. Waktu itu, adalah debat terbuka TV pertama antara Senator John F Kennedy dan Wakil Presiden Nixon. Kennedy waktu itu hanyalah seorang senator muda (43 tahun) dan baru dari Massachuset, agamanya Katolik termasuk minoritas di sana dengan latar belakang Irlandia. Nixon, muda juga, namun waktu itu sudah menjabat sebagai Wakil Presiden Amerika. Artinya punya jam terbang yang tinggi baik dari aspek politik dan pemerintahan.

Sewaktu debat terbuka dalam TV, yang terjadi adalah Kennedy berhasil membuat charming public. Dia serius, tersenyum, santai, confidence mampu memberi artikulasi kebijakan-kebijakan dia nanti kemana saja dan aura youthful disitu. Sementara Nixon terlihat stres, malah keringatan, seakan-akan tidak siap.  Hasilnya Kennedy menang, walau tidak besar namun cukup signifikan.

 

Reagan Vs Carter 

Pada tahun 1980, Presiden Carter dari Partai Demokrat berdebat dengan eks Gubernur California, juga mantan aktor Hollywood Ronald Reagan. Umur Reagan waktu itu 69 tahun. Sewaktu debat terbuka, again, Reagan dengan santai, serius confidence mampu mengalahkan Carter. Walaupun kebijakan Carter sudah sangat sukses.  Namun di mata publik, Carter tidak cocok. Tidak sesuai membawa Amerika ke level ekspektasi mereka.

Baca Juga :   Koalisi PKB dan Gerindra Semakin Solid dan Optimistis Hadapi Pilpres 2024

 

Reagan Vs Mondale 

Tahun 1984, kembali Presiden Reagan berdebat dengan Walter Mondale yang umurnya jauh lebih muda. Bukan rahasia lagi waktu itu bahwa Reagan waktu sudah berumur (74 tahun) karena sudah berumur/suka tertidur sewaktu rapat kabinet/dan stres dengan semua kegiatan presidensi.

Bahkan sewaktu debat, jurnalis Amerika yang cukup sangar, Henry Trehwitt, bertanya kepada Reagan, “You already are the oldest President in history,” dan kita semua concern about how the President bisa handling security crisis. Dulu saja Presiden Kennedy bisa tidak tidur berhari-hari.

President Reagan menjawab dengan confidence, “Mr. Trehwitt, I want you to know that also I will not make age an issue of this campaign. I am not going to exploit, for political purposes, my opponent’s youth and inexperience.”  (Lawan saya yang masih muda dan tidak berpengalaman ini). Seluruh penonton bertepuk tangan bahkan berdiri. Reagan menang lagi. Bahkan Walter Mondale pun ikut tertawa. Dan Reagan kembali menang.

Baca Juga :   Tingkatkan Keamanan Siber, Bawaslu Ketemu BSSN, Ini yang Mereka Lakukan

 

Dari contoh 3 debat terbuka di atas, benang merah yang bisa ditarik adalah kemenangan debat karena efektivitas komunikasi. Eksperimen dari Professor Albert Mehrabian menjelaskan rahasia efektivitas komunikasi itu formulanya adalah 55-38-7. Artinya, agar komunikasi itu bisa efektif butuh 55% aspek body language termasuk ekpresi wajah, senyum, cara kita berjalan, jabat tangan, mendengar, memandang. Sebesar 38% adalah aspek intonasi dan suara kita. Dan sisanya,7% adalah kata-kata. Benar! Anda tidak salah baca, hanya 7% komunikasi efektif itu adalah kata.

Dengan kata lain efektivitas komunikasi itu 93% adalah non-verbal. Dan hanya 7% verbal. Jargon dan kemampuan mengolah kata tidaklah semata bisa memenangkan debat itu sendiri.  Dan Saya yakin ini yang digunakan oleh Kennedy dan Reagan. Confidence, cool, calm, karisma, senyum. Dan ini juga mungkin yang bisa menjawab mengapa calon-calon yang lebih ekspresif, murah senyum, approachable dan confidence lebih banyak yang suka. Lebih banyak follower-nya. Lebih banyak likes-nya.

Dengan pemilu yang hanya tinggal kurang lebih 7 bulan lagi. Formula 55%- 38%-7% ini bisa menjadi acuan teknik komunikasi yang efektif bagi para pemimpin dan tentu saja para calon -calon peserta pemilu 2024 mendatang. Selamat mencoba!

Leave a reply

Iconomics