Wabah Corona Faktor Ketidakpastian Global yang Tak Terprediksi

0
80
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Wabah virus corona merupakan masalah global yang sama sekali tak diprediksi dan berdampak kepada pertumbuhan global. Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, misalnya, memperkirakan pertumbuhan global pada tahun ini akan meningkat menjadi 3,4%, naik dari 3,0% di 2019.

Direktur Eksekutif Core Indonesia Muhammad Faisal mengatakan, pihaknya merilis economic outlook Indonesia dan sama sekali tak memprediksi soal wabah virus corona ini. Padahal di awal tahun, sudah terlihat terjadi peningkatan luar biasa (spiking) di indeks perdagangan global.

Dan umumnya faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpastian di perekonomian global antara lain Brexit, konflik antara Iran dan Amerika Serikat. Dan sekarang faktor utamanya dan sama sekali tak terduga adalah wabah virus corona yang berawal dari Wuhan, Tiongkok.

“Virus corona berdampak lebih besar karena mengena negara-negara yang punya pengaruh besar di dunia termasuk Indonesia,” kata Faisal di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (11/2).

Dikatakan, jika menengok kembali ketika penyebaran wabah Severe Acute Respiratory System atau SARS terjadi di 2002 di Tiongkok, butuh lebih dari setahun untuk meredakan penyebaran virus. Kala itu, jumlah yang terpapar mencapai 8.096 orang. Sedangkan, dalam wabah virus corona jumlah yang terpapar mencapai lebih dari 41 ribu orang.

Baca Juga :   Sektor Keuangan Syariah di Pusaran Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia

Karena itu, kata Faisal, kecepatan penyebaran virus, langkah antisipasi dan tingkat kekhawatiran dari banyak negara dapat mengganggu aktivitas perekonomian global hingga setahun. Lalu, Provinsi Hubei, tempat virus berasal merupakan industrial hub di Tiongkok sehingga ketika provinsi itu mengalami kebekuan aktivitas akan sangat berdampak terhadap perekonomian Tiongkok.

Goldman Sachs, misalnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan mengalami penurunan dari 5,9% hingga 5%. Sedangkan Economist Intelligent memprediksi pemangkasan sebesar 1% dan bahkan Oxford Economics memprediksi penurunan hingga 2%.

“Provinsi Hubei merupakan hub industri, jadi pengaruh terhadap ekonomi Tiongkok luar biasa. Di 2019, Tiongkok mencatat pertumbuhan 6%, di Hubei 7,3% yang lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Maka, ketika Hubei freezing, itu dampaknya sangat besar terhadap ekonomi Tiongkok dan beberapa daerah lain,” kata Faisal.

Menurut Faisal, sektor industri energi terutama batu bara dan gas akan sangat terdampak akibat wabah virus corona ini. Sebab, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor terbesar untuk kedua komoditas itu. Pun demikian dengan industri kelapa sawit karena Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua untuk CPO Indonesia.

Baca Juga :   HSBC Berencana PHK 10 Ribu Karyawan

Sektor bahan baku dan bahan penolong industri terutama di industri otomotif juga akan sangat terdampak. “Produksi otomotif di Tiongkok, salah satu industrinya berbasis di Wuhan, turun sampai 32% untuk Kuartal I 2020. Dan dua per tiga dari produksi kendaraan Tiongkok akan terpengaruh dan otomatis itu akan pengaruh ke kebutuhan bahan baku dan penolong,” kata Faisal.

Leave a reply

Iconomics