Emiten Daur Ulang Plastik Ini Raih Pendapatan  Rp 494,7 miliar Pada 2019

0
2845
Reporter: Petrus Dabu

Bisnis daur ulang makin menjanjikan seiring dengan kesadaran menyelamatkan lingkungan dari sampah plastik. Legitnya bisnis daur ulang sampah plastik ini terlihat dari kinerja PT Inocycle Technology Group Tbk.

Emiten dengan kode saham  INOV ini adalah perusahaan Clean-Tech di Indonesia yang fokus mengolah dan mendaur ulang botol PET (Polyethylene Therepthalate) dan sampah plastic lainnya menjadi produk daur ulang serat staple buatan (Recycle Polyester Staple Fiber atau re-PSF).

INOV mengoperasikan tiga pabrik pembuatan produk daur ulang serat staple buatan di Tangerang, Solo dan Mojokerto dengan pabrik pengolahan sampah botol plastik/washing facility di Solo, Mojokerto dan Medan. Selain itu INOV juga mengoperasikan dua pabrik untuk industri bukan tenunan (nonwoven) di Salatiga dan Palembang.

Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 10 Juli 2019 PT Inocycle Technology Group Tbk adalah emiten pertama untuk produk daur ulang serat staple buatan  yang menghadirkan solusi global untuk masalah lokal, yakni mengubah sampah menjadi sumber daya baru.

Pada 2019 lalu, INOV mencatatkan kenaikan penjualan 25% dari Rp 395,6 miliar pada 2018 menjadi Rp 494,7 miliar pada 2019. Sementara laba tahun berjalan meningkat 40% dari Rp 16 miliar pada 2018 menjadi  Rp 22,5 miliar pada 2019.

Baca Juga :   Laba Bersih 2019 Bank Mega Naik 25%

Riset dari Jambeck et. al. (2015) mengungkapkan Indonesia sebagai salah satu negara pencemar plastik terbesar di dunia. Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara yang kurang efisien dalam mengolah limbah plastiknya.

Pada trend yang mengkhawatirkan tersebut, INOV berdiri sebagai salah satu perusahaan yang dapat mengolah sampah plastik secara efisien. “Bisnis inti Inocycle adalah menciptakan nilai-nilai dari limbah plastik PET secara lokal dan mengurangi dampak potensial terhadap pencemaran plastik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau di laut,” ujar Direktur INOV Victor Choi dalam keterangan tertulis yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Iconomics, Sabtu (30/5).

Victor mengatakan hasil penjualan pada 2019 meningkat secara signifikan pada setiap segmen produk INOV. Segmen SFStaple Fiber menjadi kontributor terbesar dengan penjualan Rp 385 miliar (29% yoy), diikuti oleh produk non-woven dengan kontribusi Rp 63 miliar (20% yoy), perabot rumah dengan Rp 23 miliar (stabil), CF-Carded Fiber sebesar Rp 16,5 miliar (21% yoy) dan produk lainnya dengan Rp 7 miliar (24% yoy).

Baca Juga :   Pendapatan Premi Avrist Assurance Naik 100%

“Semuanya membentuk kenaikan penjualan 25% dibandingkan dengan 2018,” jelasnya.

Victor mengatakan tahun 2019 menjadi tahun dimana publik mulai sadar untuk mengurangi sampah plastik. Di Australia, banyak supermarket yang melarang penggunaan plastik sekali pakai. Amerika telah mengimplementasikan larangan akan plastik sekali pakai di beberapa negara bagian sejak 2015. Dan Inggris akan menyusul pelarangan plastik sekali pakai di tahun ini. Sementara itu di Indonesia, INOV telah beroperasi dalam mendaur ulang sampah plastik sejak 2011.

Terkait dampak Covid-19 terhadap bisnis INOV, Victor menjelaskan, “sejauh ini memang permintaan global terganggu, namun kami telah melakukan diversifikasi produk dengan mulai memproduksi masker dan alat pelindung diri (APD) dari polypropylene.”

 

Leave a reply

Iconomics